Sobat, ni kmaren aku iseng2 nulis tentang penjualan angsuran, kbetulan aku tertarik trus aku post deh :)
Tapi nih agak berantakan dikit, maklum aku nulisnya di word dulu baru kucopas ke blog hehehe ntar bisa dirapiin sendiri kalo ada niat ngopi yah ;)
PENJUALAN ANGSURAN
Penjualan
harta benda tak gerak, sering kali dilakukan berdasarkan pembayaran tangguhan,
dimana pihak penjual menerima pembayaran pendahuluan dan sisanya dalam bentuk
sederetan pembayaran selama beberapa tahun. Rencana pembayaran cicilan demikian
telah digunakan secara luas oleh penjual harta benda gerak dan oleh orang-orang
yang menjual jasa-jasa pribadi.
JAMINAN BAGI PIHAK PENJUAL
Dengan
periode-periode penagihan, yang berkisar sampai 3 tahun atas penjualan harta
benda tak gerak, pihak penjual biasanya berusaha melindungi diri dan memperoleh
jaminan kalau pihak pembeli gagal untuk menyelesaikan pembayaran menurut
kontrak. Apabila harta benda tak gerak atau harta benda gerak, maka risiko
kerugian karena kegagalan pihak pembeli menyelesaikan kontrak dapat diperkecil
dengan pemilikan kembali harta benda demikian. Kontrak penjualan, untuk
menjamin pemilikan kembali harta benda dalam hal pihak pembeli tidak memenuhi
kewajibannya, biasanya meliputi salah satu dari persetujuan yang berikut :
1. Kontrak
penjualan bersyarat
2. Penyerahan
hak atas harta benda yang terkena hak pegang atau hipotek
3. Penyerahan
hak kepada trustee (wali)
4. Persetujuan
Beli-Sewa
Kendati
pihak penjual mampu memiliki kembali harta benda yang di maksud dalam hal
kontrak tidak dibayaroleh pihak pembeli, namun kerugian-kerugian dalam
menyelenggarakan kontrak-kontrak penjualan dengan cicilan dapat besar. Kontrak
penjualan cicilan yang menyangkut persetujuan-persetujuan kredit yang longgar,
dapat menarik banyak konsumen yang risiko kreditnya tinggi. Penjualan dengan
dasar cicilan berarti pengeluaran biaya pembukuan dan penagihan terus menerus,
dan dalam hal-hal tertentu, biaya pelayanan dan reparasi yang harus ditanggung
oleh pihak penjual mungkin besar jumlahnya. Itulah factor-faktor yang harus
dipertimbangkan oleh pihak penjualan dalam hal menetapkan kebijaksanaan
penjualan cicilan.
Dalam upaya untuk mengurangi atau
menghindari pemilikan kembali, pihak penjual harus mempertimbangkan
tindakan-tindakan pencegahan yang berikut :
1. Uang
muka yang ditetapkan harus cukup besar untuk menutup penurunan nilai suatu
barang karena perubahannya dari barang “baru” menjadi barang “bekas”
2. Periode-periode
pembayaran cicilan antara tidak harus terlampau lama atau panjang, sebaiknya
tiap bulan.
3. Pembayaran-pembayaran
cicilan berkala tidak harus melebihi penurunan nilai suatu barang yang terjadi
antara pembayaran-pembayan berkala. Apabila nilai barang ini melebihi saldo
kontrak yang belum dibayar, maka pihak pembeli segan untuk tidak memenuhi
kontak.
METODE-METODE PENETAPAN
LABA BRUTO PADA PENJUALAN CICILAN
Ada dua pendekatan umum yang dapat diambil pada penetapan laba bruto
atas penjualan cicilan:
1. Laba
bruto dapat dikaitkan dengan periode penjualan, atau
2. Laba
bruto dapat dikaitkan dengan periode penagihan per kas atas kontrak cicilan
Penetapan
laba bruto dalam periode penjualan dapat dipandang
sebagai transaksi dengan penanganan seperti penjualan biasa. Laba bruto dapat
kita tetapkan pada saat penjulan, saat dimana barang-barang ditukarkan dengan tuntutan
yang yuridis dapat dipaksakan kepada pelanggan atau konsumen. Hal ini dilakukan
dengan mendebet perkiraan-perkiraan biaya yang bersangkutan dan dengan
mengkredit sisihan-sisihan untuk biaya-biaya yang dapat diharapkan. Penetapan
laba bruto atas penjualan cicilan dalam periode dimana penjualan terjadi ini
relatife mudah diterapkan dan sehat dari sudut teori.
Penetapan
laba bruto dalam periode penagihan per kas dapat
dipandang sebagai transaksi khusus dengan penanganan laba bruto dalam periode-periode
penagihan piutang cicilan dilakukan dan bukan dalam periode-periode dimana
piutang ini timbul. Arus uang kas kemudian menjadi criteria penetapan
pendapatan. Pada penggunaan pendekatan ini, kita dapat menempuh beberapa
prosedur alternatif. Kebijaksaan
penjualan cicilan yang harus ditempuh harus dipertimbangkan dengan
seksama untuk memilih prosedur pengukuran pendapatan neto yang memuaskan.
Prosedur-prosedur penetapan laba bruto dalam
periode-periode penagihan per kas ialah:
1. Penagihan
dipandang sebagai perolehan-kembali harga pokok
2. Penagihan
dipandang sebagai realisasi laba
3. Penagihan
dipandang sebagai perolehan-kembali harga pokok dan realisasi laba
METODE CICILAN
Pada
penggunaan metode cicilan, dalam perkiraan-perkiraan, selisih antara harga jual
kontrak dan harga pokok penjualan dibukukan sebagai laba bruto tangguhan (laba
bruto yang ditangguhkan). Saldo ini ditetapkan sebagai pendapatan, yang secara
berkala membandingkan penagihan-penagihan uang kas terhadap harga jual. Pada
tiap akhir periode, saldo laba bruto tangguhan yang masih terdapat dalam
buku-buku sama dengan persentase laba bruto yang diperhitungkan atas saldo
piutang cicilan pada tanggal itu.
Penangguhan
laba bruto pada dasarnya menyatakan penangguhan hasil penjualan yang disertai
dengan penangguhan harga pokok penjualan yang berkaitan dengan penjualan
demikian. Perlu ditegaskan bahwa pendapatan atas penjualan cicilan tidak bebas
dari biaya; biaya tertentu akan terus membebani - biaya-biaya pembukuan, penagihan dan pelayanan
produk.
Metode
cicilan yang melaporkan laba bruto dapat digunakan untuk tujuan-tujuan pajak
pendapatan oleh agen-agen penjual dalam harta benda gerak yang secara teratur
melakukan penjualan dengan cicilan.
CONTOH
1
PT SENTANA, suatu perusahaan yang bergerak dalam
bidang jual beli harga tidak bergerak, menjual sebuah rumah kepada Tuan Hartono
dengan harga Rp 2.500.000. Harga pokok rumah itu menurut pembukuan PT SENTANA
sebesar Rp 1.500.000. Beberapa ketentuan yang diatur di dalam kontrak
penjualan, khususnya yang berhubungan dengan syarat pembayaran adalah sebagai
berikut:
Pembayaran pertama (down payment) sebesar Rp
500.000. Untuk menjamin keamanan pemilikan rumah tersebut, PT SENTANA dan Tuan
Hartono setuju untuk menghipotikkan rumah tersebut dari Tuan Hartono kepada PT
SENTANA sebesar Rp 2.000.000. Akte hipotik ditanda-tangani pada tanggal 1
September 2010, dibayar dalam jangka waktu 5 tahun dengan pembayaran tiap ½
tahun @ Rp 200.000. Bunga hipotik sebesar 12% setahun untuk sisa pinjaman
hipotik yang belum dibayar. Komisi dan biaya – biaya lainnya guna menyelesaikan
akte hipotik sejumlah Rp 50.000 telah dibayar tunai oleh PT SENTANA. Angsuran
Pokok dan bunga hipotik untuk pertama kali baru akan dilakukan tahun 2011.
Jurnal – jurnal yang diperlukan untuk mencatat
transaksi – transaksi tersebut pada tahun 2010 dan 2011 dalam buku – buku PT
SENTANA menurut kedua metode tersebut adalah sebagai berikut:
Penjualan Angsuran untuk Barang – barang tak
Bergerak
Transaksi-transaksi
|
Jurnal
|
|
Laba diakui pada periode
penjualan
|
Laba diakui secara
proporsional dengan jumlah penerimaan angsuran
|
|
1 September 2010
1) Dijual
sebuah rumah dengan harga Rp 2.500.000 harga pokok rumah sebesar Rp 1.500.000
|
Piutang
(Tuan Hartono) 2.500.000
Rumah 1.500.000
Laba penj. Rumah 2.000.000
|
Piutang
(Tuan Hartono) 2.500.000
Rumah 1.500.000
Laba Kotor
yang 2.000.000
Belum
direalisasi
|
2) Penerimaan
pembayaran pertama sebesar 500.000 dan hipotik U/K untuk saldo yang belum
dibayar sebesar Rp 2.000.000
|
Kas 500.000
Hipotik U/K 2.000.000
Piutang 2.500.000
|
Kas 500.000
Hipotik U/K 2.000.000
Piutang 2.500.000
|
3) Pembayaran
biaya-biaya komisi dan pengurusan akte hipotik Rp 50.000
|
Ongkos penj. 50.000
Kas 50.000
|
Ongkos Penj. 50.000
Kas 50.000
|
4) 31
desember 2010
a) bunga
yang masih harus diterima untuk hipotik u/k 12% untuk jangka waktu 4bulan =
4/12 x 12% x 2.000.000= 80.000
b) Laba
kotor yang direalisasi
Penerimaan kas tahun
2010 Rp 500.000 jadi laba kotor yang direalisasi 40%X500.000= 200.000
|
Bunga hipotik yang
Akan diterima 80.000
Pendapatan bunga 80.000
|
Bunga hipotik yang
Akan diterima 80.000
Pendapatan bunga 80.000
Laba kotor yang
Belum direalisasi 200.000
Realisasi laba kotor 200.000
|
5) Menutup
rekening-rekening nominal ke laba-rugi
|
Laba penjualan
Rumah 1.000.000
Pend. Bunga 80.000
Ongkos penj. 50.000
Rugi-laba 1.030.000
|
Realisasi laba
kotor 200.000
Pend. Bunga 80.000
Ongkos penj. 50.000
Rugi-laba 230.000
|
6) 1
januari 2011
Reversal
entries untuk bunga yang akan diterima
pada akhir 2010
|
Pend. Bunga 80.000
Bunga hipotik
Yang akan
diterima 80.000
|
Pend. Bunga 80.000
Bunga hipotik
Yang akan diterima 80.000
|
7) 1
maret 2010
Diterima
pembayaran angsuran hipotik sebesar Rp 200.000 dan bunga hipotik sebesar Rp
120.000
|
kas 320.000
Hipotik U/K 200.000
Pend. Bunga 120.000
|
kas 320.000
Hipotik U/K 200.000
Pend. Bunga 120.000
|
8) 1
September 2011
Diterima
pembayaran angsuran Rp 200.000 dan bunga dari pokok hipotik Rp 1.800.000 @
12% untuk jangka waktu 6 bulan = Rp 108.000
|
Kas 308.000
Hipotik U/K 200.000
Pend. Bunga 108.000
|
Kas 308.000
Hipotik U/K 200.000
Pend. Bunga 108.000
|
9) 31
Desember 2011
a) Adjustment
bunga hipotik dari pokok Rp 1.600.00 @ 12% untuk jangka waktu 4 bulan =
Rp64.000.000
b) Laba
kotor yang direalisasi sebesar 40% dari pembayaran angsuran yang diterima
tahun 2011sebesar Rp 400.000 dan Rp 160.000
|
Bunga hipotik yang
Akan diterima 64.000
Pend. Bunga 64.000
|
Bunga hipotik yang
Akan diterima 64.000
Pend. Bunga 64.000
Laba kotor yang
Belum direalisir 160.000
Realisasi laba
kotor 160.000
|
10)
Menutup
rekening-rekening nominal ke rugi - laba
|
Pend. Bunga 212.000
Rugi-laba 212.000
|
Pend. Bunga 212.000
Realisasi laba kotor
160.000
Rugi-laba 372.000
|
CONTOH
2
PT Karya Bhakti menjual barang dagangannya sebagian
atas dasar kontrak penjualan angsuran untuk masa ±
3 tahun
disamping
penjualan secara kredit, sejak beberapa tahun terakhir. Berikut ini neraca PT
Karya Bhakti pada akhir tahun buku 2010.
PT KARYA BHAKTI, MEDAN
Neraca, per 31 Desember 2010
Aktiva
|
Pasiva
|
Kas
625.000
Piutang
Dagang
100.000
Piutang
penjualan angsuran 2009 300.000
Piutang
Penjualan angsuran 2010 80.000
Persediaan
barang-barang 600.000
Aktiva
tetap lainnya 1.175.000
Akumulasi
penyusutan 380.000
|
Hutang dagang 650.000
Wesel bayar 100.000
Laba kotor yang belum di-
Realisasi tahun 2009 90.000
Laba kotor yang belum di-
Realisasi tahun 2010 20.000
Modal saham 1.500.000
Laba yang ditahan 140.000
|
Penjualan
angsuran untuk barang – barang dagangan (barang – barang bergerak)
Transaksi - transaksi
|
Jurnal
|
|||
1 Januari – 31 Desember 2011
1)
Penjualan
Tunai 1.000.000
Kredit 850.000
Jumlah 2.450.000
2)
Pembelian barang – barang secara kredit
sebesar 2.500.000
3)
Penerimaan kas dari:
-
Piutang dagang 800.000
-
Piutang penjualan angsuran
2011 300.000
2010 200.000
Jumlah 1.360.000
4)
Pengeluaran kas dan biaya – biaya
Pengeluaran
kas untuk:
Jumlah 2.450.000
-
-
biaya peny. Akt. Tetap 95.000
31 Desember 2011, tutup buku
5)
Mencatat harga pokok barang-barang yang
dijual secara angsuran 390.000
6)
Menutup rekening-rekening penjualan
angsuran dan harga pokoknya serta mencatat laba kotor penjualan selama tahun
2011 635%X600.000=210.000
7) Mencatat
realisasi laba kotor penjualan angsuran dalam tahun 2011:
Th. 2011 = 35% X
300.000 = 105.000
Th. 2010 = 35% X
200.000 = 60.000
Jumlah 180.000
8) Menutup
persediaan awal barang dagangan pembelian barang-barang, potongan pembelian
dan pengiriman barang-barang yang dijual denagn perjanjian angsuran
kerekening rugi-laba
9) Mencatat
persediaan akhir barang dgangan, sesuai dengan stok opname pada tanggal 31
Desember 2011 sebesar harga pokok 1.210.000
10) Menutup
saldo rekening regular ke rekening rugi-laba
11) Menutup
laba kotor yang direalisasi dari hasil penjualan angsuran tahun ini dan
tahun-tahun sebelumnya ke rekening rugi-laba
12) Menutup
rekening-rekening biaya usaha ke rekening rugi laba
13) Mencatat
taksiran pajak perseroan yang kan di bayar sebesar 20% X Laba sebelum
dipotong PPS (20% x 130.000) = 26.000)
14) Menutup
rekening pajak perseroan ke rekening rugi laba
15) Memindahkan
laba bersih ke rekening laba yang ditahan
|
Kas 1.000.000
Piutang dagang 850.000
Penjualan 1.850.000
Piutang penjualan
Dan Angsuran
tahun 2011 600.000
Penj. Angsuran 600.000
Pembelian 2.500.000
Hutang dagang
2.500.000
Kas 1.360.000
Piutang Dg. 800.000
Piutang Penj. Angs 2011
300.000
Piut. Penj. Angs. 2010
200.000
Piut. Penj. Angs 2009 60.000
Hutang
dagang 2.550.000
Macam
Biaya 500.000
Pot. Pembelian 100.000
Kas
2.850.000
Akm. Peny. Akt. Tetap
95.000
Harga
pokok penj. Angsuran 390.000
Pengiriman Brg Pen Angsuran 390.000
Penj.
Angsuran 600.000
Harga Pokok Penj Angs 390.000
Laba kotor Penjualan
Yang belum direalisasi 2011 210.000
Laba
kotor Penj.Angsuran
Yang
belum direalisasi 2011 105.000
Laba
kotor Penj. Angsuran
Yang
belum direalisasi 2010 60.000
Laba
kotor Penj. Angsuran
Yang
belum direalisasi 2009 15.000
Realisasi Penj. Angsuran 180.000
Rugi-laba 2.610.000
Pengiriman
barang-barang
Penj.
Angsuran 390.000
Pot.
Pembelian 100.000
Persediaan Brg dagang
(per 1-1-2011) 600.000
Pembelian
2.500.000
Persediaaan
brg dagang
(per
31-12-2011) 1.210.000
Rugi-laba
1.210.000
Penjualan 1.850.000
Rugi-laba 1.850.000
Realisasi
laba kotor
Penj.
Angsuran 180.000
Rugi-laba 180.000
Rugi-laba 500.000
Macam biaya usaha 500.000
Pajak
perseroan 26.000
Taksiran Utang PPS 26.000
Rugi-laba 26.000
Pajak perseroan 26.000
Rugi-laba 104.000
Laba yang ditahan 104.000
|