Pages

Tuesday, July 16, 2013

CARA MEMILIH VARIABEL BEBAS DAN VARIABEL KRITERIA (BEBAS) BAGI PENELITIAN

CARA MEMILIH VARIABEL BEBAS DAN VARIABEL KRITERIA (BEBAS) BAGI PENELITIAN. Hai everybody?? how are u doing this morning :) well, smoga dalam keadaan baik yah,..sbelum baca ini ada baiknya sobat baca dulu Menggunakan dan Menilai Data Sekunder dan Cara Menganalisis Masalah dalam Metodologi Penelitian serta Memahami Masalah Berdasarkan Konsep yang kesemuanya itu sangat erat hubungannya dengan postinganku kali ini.,.

Hmmm anyway kembali lagi nih aku mau posting seputar penelitian, terutama ini yang berhubungan dengan penelitian eksperimen...terkadang hanya untuk memilih variabel dalam penelitian aja mumetnya minta ampun, musti pintar-pintar katanya :) and sure ada tekniknya juga,.,nah untuk mengetahuinya lebih dalam lagi aku disini menyajikan spesial dari paper yang kutulis waktu mata kuliah metodologi penelitian tahun lalu :), yah meskipun ini hanya ringkasannya aja tapi sudah sangat cukup mewakili yang laen koq hehehe,,monggo dibaca :)


TOPIK MATERI
Topik-topik materi dalam pelaporan tugas mandiri ini antara lain:
1.    Strategi Memilih Variabel Bebas Bagi Penelitian
a.     Mengoperasionalkan Variabel Bebas
b.    Menguji Manipulasi Variabel
c.    Penafsiran Hasil Penelitian
d.    Status Variabel
e.    Mencari dan manganalisis variabel berdasarkan laporan penelitian yang ada
f.     Menganalisis data variabel yang telah tersedia
g.    Melakukan Analisis Proses
2.    Strategi Memilih Variabel Kriteria Bagi Penelitian
a.    Mengoperasionalkan Variabel Terikat
b.    Validitas
c.    Reaktivitas
d.    Pertimbangan Prosedural


TUJUAN PENYAJIAN MATERI
Adapun tujuan penyajian materi ini adalah :
1.    Untuk mengetahui bagaimana cara atau strategi dalam pemilihan variabel bebas dalam penelitian
2.    Untuk mengetahui bagaimana cara atau strategi dalam pemilihan variabel kriteria






BAHASAN MATERI/SUB MATERI

I.              STRATEGI MEMILIH VARIABEL BEBAS BAGI PENELITIAN

Kegunaan dari mendesain dan mengevaluasi variabel bebas adalah untuk memahami dan menafsirkan relasi sebab-akibat dalam suatu penelitian. Bila variabel bebas tidak didesain secara baik, tidak akan menghasilkan sesuatu, tidak diperoleh dampak yang diharapkan, kesimpulan biasa dan kurang bermakna. Jika didesain jelek maka variabel tidak kokoh, biasa, dan terasa asing.
Berikut beberapa Isu Pokok Pengembangan dan Pemilihan Variabel Bebas, antara lain:
1. Mengoperasionalkan _ merumuskan secara cermat variabel bebas (sebelum penelitian)
2. Metode menguji/memferifikasi data variabel bebas (selama penelitian)
3. Memperkirakan hasil penelitian _ data sesuai atau tidak dengan variabel bebas (setelah penelitian)
4. Mendiskusi variabel bebas _ ditentukan posisi variabel bebas tersebut

1.  Mengoperasionalkan Variabel Bebas
a. Menggunakan term condition  terhadap kelompok variabel bebas, yaitu dengan:
_ level
_ pengelompokkan
_ kategorisasi
_ perlakuan
b. Merefleksikan konstruk variabel
Hal ini dapat dilakukan dengan cara merumuskan konstruk sebab-akibat (hubungan) secara operasional dengan menggunakan riset model kesesuaian klien <--> tritmen (konseling). Selanjutnya konseling sebagai variabel bebas merefleksikan konstruk konseling berdasarkan kerangka teoretis/pemikiran yang mendasarinya (konseling terstruktur atau tidak terstruktur),
berikut kondisi-kondisinya (disensitisasi, restrukturisasi logis, kelompok kontrol, dlll.)

c. Perbedaan antar Kondisi Variabel
Perbedaan antar kondisi variabel bebas yang dapat mengacaukan riset harus dirumuskan dan dipertimbangkan sebelumnya. Misalnya: dalam riset konseling, identifikasi variabel-variabel bebas lainnya yang dapat mengacaukan, tingkat pendidikan klien, konselor (pengalaman, pelatihan, etnisitas,daya tarik pribadi, dll)
d. Menetapkan Kejelasan Sumber Perbedaan
Untuk menetapkan kejelasan sumber perbedaan, dapat dilihat melalui indikator yaitu:
1. Keragaman di antara kondisi-kondisi yang diinginkan harus jelas.
2. Etnisitas konselor dapat menjadi sumber perbedaan dalam riset tentang           tritmen-klien
3. Maka eliminasi secara tegas etnisitas itu dengan nama panggilan dan tempat
       Kelahiran

2.  Menguji Manipulasi Variabel
Fokus dalam hal ini adalah memferifikasi data veriabel bebas atau pengujian data (selama penelitian berlangsung)
Rambu-rambu menguji manipulasi variabel bebas adalah:
1) kondisi-kondisi itu sebagai dimensi yang sangat diharapkan
2) kondisi-kondisi itu tidak mencerminkan dimensi lain
3) Tritmen diimplementasikan sesuai petunjuk yang diharapkan

3. Penafsiran Hasil Penelitian
a. Hasil yang secara Statistik Signifikan
Indikasi signifikan bila :
_ hasil yang diperoleh mengindikasikan untuk setiap kondisi berbeda;
_ hipotesis nol untuk ketidakberbedaan ditolak;
_ tampak nyata terdapat perbedaan terhadap suatu kondisi.
b. Hasil Tidak Signifikan
            Indikasi signifikan bila :
_ hasil nol secara filosofis keilmuan banyak memberikan informasi.
_ hasil tidak signifikan menjadi penyebab kurang jelasnya pengaruh variabel adekuasi statistik, kurang tepat/baik instrumen, kegagalan asumsi statistik, prosedur yang ceroboh, cenderung biasa.
_ kegagalan mendeteksi interaksi yang diharapkan dalam melakukan tritmen sbg salah satu faktor penyebab tidak tepatnya desain variabel bebas.

4.  Status Variabel
1. Status variabel tidak dapat dimanipulasi
2. Variabel bebas dapat dimanipulasi (proses disengaja) dan diukur pengaruhnya terhadap variabel terikat.
3. Tes statistik digunakan untuk mendeteksi hubungan timbal balik antar kedua status variabel tersebut.
4. Variabel bebas ada yang dapat dimanipulasi dan tidak (yang tidak dapat dimanipulasi tidak akan memberi pengaruh)
           
Dalam blog Bapak D. Simanihuruk saya baca bahwa Pemilihan variabel bebas bagi penelitian dilakukan dengan berbagai cara. Bahasan ini menjelaskan tiga alternatif memilih variabel bebas, antara lain:
1. Mencari dan manganalisis variabel berdasarkan laporan penelitian yang ada;
2.  Menganalisis data berdasarkan variabel yang ada;
3.  Menghindari perangkap dalam memilih variabel bebas.

1. Mencari dan manganalisis variabel berdasarkan laporan penelitian yang     ada
          Kegiatan penelitian tidak berdiri sendiri, tetapi selalu berhubungan dengan penelitian yang telah ada sebelumnya. Guna mencegah terjadinya pemborosan waktu dan kegiatan penelitian berulang-ulang (duplikasi), peneliti harus melakukan studi kepustakaan (liabrary research) dan manganalisis hasil-hasil penelitian yang relevan.
         Selama proses studi kepustakaan dan analisis hasil penelitian yang relevan, seorang peneliti yang melakukan studi eksperimen  harus dapat menjawab pertanyaan kunci. Jawaban terhadap pertanyaan kunci akan meminimalkan resiko atau pemborosan dalam mengumpulkan data variabel yang tak penting dan mencegah kegiatan penelitian duplikatif.

2.  Menganalisis Data Variabel Yang Telah Tersedia
           Sering terjadi bahwa variabel bebas yang sangat relevan dan penting tidak didefinisikan dalam penelitian yang telah ada. Kita yang sedang mempelajarinya bisa bingung dan memberikan arti yang berbeda. Karena itu, peneliti harus mempertimbangkan hal-hal lain dengan cermat dan penuh kehati-hatian, walaupun variabel bebas yang telah diteliti itu benar-benar berhubungan signifikan dengan variabel manganalisis data yang telah tersedia dalam laporan penelitian, catatan-catatan, dokumen, katalog bahkan data mentah yang belum dipublikasikanpun.

3.  Melakukan Analisis Proses
          Cara lain dalam memilih variabel bebas yang mungkin relevan ialah melakukan observasi dana analisis proses dari situasi yang ada atau disebut studi pendahuluan (Prelimery research). Melalui pendekatan ini peneliti dapat mengamati langsung dan manganalisis situasi yang terjadi pada variabel bebas untuk menentukan apakah kejadian terse but berpengaruh terhadap variabel terikat (variabel takbebas).
          Selama berlangsungnya proses observasi tersebut (misalnya pentameter terhadap proses pembelajaran guru di kelas), peneliti harus dapat Manawa pertanyaan kunci:
Misalnya, mahasiswa peneliti sedang mengobservasi SMTA kelas berbahasa Inggeris. Guru yang sedang mengajar dikelas terse but menggunakan strategi : (a) mengajukan pertanyaan kepada sejumlah siswa tertentu, (b) embarking siswa Manawa pertanyaan dan (c ) memberikan penguatan. Mahasiswa peneliti (observer) juga memperhatikan siswa lain dalam kelas yang tidak terlibat dalam interaksi pembelajaran, walaupun siswa itu berdekatan tempat duduk dengan siswa yang sedang ditanyakan guru.
Dari analisis situasi proses ini, mahasiswa peneliti  mungkin dapat mengidentifikasi bentuk-bentuk penguatan (reinforcement) sebagai variabel bebas yang mungkin relevan terhadap variabel terikat, misalnya ketepatan pengucapan kata yang membedakan konsonan : z  dan s.
Dari hasil analisis ini, mahasiswa peneliti melakukan diskusi dengan guru atau peneliti lain, dan mengulangi observasi pada kelas lain dalam matapelajaran yang sama, sebelum melakukan pemilihan variabel bebas.

          Dalam praktek ketiga pendekatan identikits variabel bebas : (a) analisis variabel berdasarkan laporan penelitian yang ada, (b) analisis data yang ada di tangan dan (c ) analisis situasi proses digabungkan dalam suatu daftar variabel komprehensif. Yang disebut terakhir ini seringkali diguana oleh banyak peneliti guna memberless pemahaman masalah penelitian.

II.            STRATEGI MEMILIH VARIABEL KRITERIA BAGI PENELITIAN
Variabel kriteria atau terikat (ukuran terikat) digunakan untuk mengukur konstruk yang dihipotesiskan sebagai efek atau akibat (konstruk efek).

1. Mengoperasionalkan Variabel Terikat
    Isu-isu Psikometrik
1) Reliabilitas - koefisien reliabilitas (Rxx)
a. Eror respon acak, yaitu kekeliruan dalam respon yang dibuat peserta,            muncul dalam semua jenis pengukuran; penilaian pada hampir semua            karakteristik yang bermakna dari individu dan situasi mengandung eror            respon acak.
b. Eror spesifik, yaitu Kekeliruan yang dihasilkan oleh sesuatu yang unik bagi            instrumen yang berbeda dari yang dimaksudkan peneliti.
           Misalnya, sebuah instrumen yang dirancang untuk mengukur depresi,            pertanyaan-pertanyaannya disusun dalam suatu cara tertentu sehingga para            peserta tahu dengan baik bahwa respon-respon pada pertanyaanpertanyaan
           tersebut bervariasi dalam tingkatan hasrat/ keinginan sosial; dalam kasus            semacam itu, responrespon para peserta itu ditentukan pada satu tataran            dengan derajat dimana mereka ingin tampil seperti yang diharapkan secara            sosial.
c. Eror sementara
   Muncul ketika peneliti sedang mengukur sebuah sifat yang stabil pada suatu            poin tunggal atau dalam merespon stimulus tunggal terdapat stimulus lain            yang mempengaruhi. Pada saat mengukur depresi, perwujudannya               dipengaruhi oleh suasana hati
d. Ketidapsepakatan antar penilai
           Dalam penelitian konseling, para penilai seringkali digunakan. Perhatikan            sebuah penelitian tentang perilaku antisosial anak-anak sekolah yang            melibatkan observasi-observasi naturalistik terhadap perilaku anak-anak di            dalam latar sosial. Sekalipun para penilai perilaku anak-anak tersebut dilatih            untuk mengikuti suatu sistem pengkodean, beberapa varians pada penilaian            para pengamat mungkin disebabkan oleh pengamatnya itu sendiri bukannya            perilaku tersebut.
e. Penyekoran dan Perekaman Error
Error dalam penilaian dapat diciptakan oleh para peneliti melalui penyekoran           dan perekaman error, beberapa error diciptakan dalam suatu cara tertentu           dengan memanipulasi data di dalam proses penyekoran dalam upaya           mempersiapkan data untuk analisis statistik. Kekeliruan-kekeliruan ini yang           berfungsi sebagai kekeliruan respon acak mengaburkan varian skor sejati
f. Pembauran error
          Kekeliruan-kekeliruan yang telah disebutkan dapat dibaurkan/dicampurkan           untuk membentuk sebuah penilaian dengan reliabilitas yang bukan kepalang.           Perhatikan skenario kasus terburuk: beberapa pengamat, masing-masing           mengobservasi seorang peserta, menilai suatu karakteristik hanya satu waktu
          dalam merespon pada sebuah stimulus tunggal yang menggunakan satu           item, instrumen tertulis, dan kemudian merekam respon tersebut, yang           kemudian akan dimasukkan ke dalam komputer.

g. Menginterpretasikan Taksiran-taksiran Reliabilitas
           Penentuan reliabilitas sebuah instrumen penelitian melibatkan banyak            pertimbangan, antara lain:
              1. Setiap koefisien reliabilitas adalah suatu taksiran terhadap reliabilitas                sejati, dalam cara yang sama sebuah rata-rata dari sebuah sampel adalah                sebuah taksiran terhadap ratarata populasi tersebut.
              2. Reliabilitas merefleksikan varian yang disebabkan skorskor sejati,                namun itu tidak mengindikasikan skor-skor sejati yang sedang diukur.
              3. Reliabilitas itu didasarkan pada skor-skor dan tidak pada instrumen dari                mana skor itu diperoleh.
h. Menghitung taksiran-taksiran reliabilitas
           Banyak cara untuk menaksir reliabilitas skor-skor, masingmasingnya
           peka pada satu atau lebih kekeliruan. Jika berbagai item dari sebuah            instrumen itu mengukur konstruk yang sama, maka skor-skor pada item-           item tersebut akan cenderung untuk bervariasi; yakni seseorang yang            memiliki sebuah tingkatan tinggi atas konstruk tersebut,            (misalnya, gelisah/cemas) akan cenderung menjawab semua item tersebut            dalam satu arah, sementara seseorang yang memiliki sebuah tingkatan            rendah terhadap sebuah konstruk (misalnya, tidak gelisah) akan cenderung            menjawab semua item dalam cara lain. Konsistensi internal merujuk pada            homogenitas dari item-item tersebut. Ketika skor-skor untuk berbagai item            itu tinggi, konsistensi internal pun tinggi.
i. Efek Ketidakreliabelan Hubungan antar Variabel
          Instrumen-instrumen harus menghasilkan ukuran-ukuran yang reliabel/ajeg           agar dapat bermanfaat dalam penelitian konseling. Perhatikan dua konstruk,           A dan B, dan dua ukuran dari konstruk tersebut, X dan Y. Jika semua sumber           kekeliruan untuk kedua konstruk ini setara sekitar 30%; yakni, rxx = 0,70           dan ryy= 0,70. Di dalam contoh ini, peneliti mengklaim bahwa dua konstruk           hadir, dan bahwa interpretasi-interpretasi dapat dibuat mengenai konstruk-          konstruk itu dari variabelvariabel X dan Y.




2) Validitas
Dari banyak tipe validitas, tipe yang paling penting untuk
tujuan penelitian adalah validitas konstruk – tingkatan dimana skor-skor merefleksikan konstruk yang diharapkan bukannya konstruk lain. Jelasnya, skor-skor yang tidak ajeg (unreliable) tidak dapat memiliki validitas konstruk karena skor-skor itu kebanyakan disebabkan kekeliruan acak (random error). Skor-skor yang ajeg dapat merefleksikan satu atau lebih konstruk yang lain dari pada konstruk yang dispesifikan. Secara khusus, skor-skor dapat cukup reliable namun kurang validitas konstruk. Jika korelasi-korelasi yang diharapkan ditemukan, maka validitas konvergen dikatakan muncul.

a) Analisis Faktor dan penggunaan Skala suatu Instrumen
Analisis faktor digunakan untuk mengembangkan skala-skala; melibatkan item-item analisis faktor bukannya variabel. Sejumlah item itu tunduk dengan sebuah analisis faktor, item-item disegregasikan dengan pembebanan pada faktor-faktor, deskriptor yang diberikan pada faktorfaktor, dan skor-skor subskala itu dihitung berdasarkan segregasi.
Terdapat tiga permasalahan:
1) metode tersebut besifat teoretis dan dapat mengarah pada faktorfaktor            yang memiliki basis psikologis kecil dan disokong dengan data;
2) sekalipun jika analisis faktor menggunakan sebuah metode yang            menghasilkan faktor-faktor independen, skor-skor subskala kemungkinan            akan berkorelasi tinggi, karena item-item membebani
           semua faktor pada derajat tertentu;
3) reliabilitas dari item-item tunggal itu rendah, sehingga hasil-hasil dari            analisis-analisis faktor seri
b) Ukuran-ukuran Jamak dari Sebuah Konstruk untuk Meningkatkan Validitas Konstruk
Penggunaan variabel-variabel terikat yang jamak itu seringkali direkomendasikan. Tidak ada variabel yang dapat secara memadai mengoperasionalisasikan sebuah konstruk karena beberapa varians dalam variabel ini disebabkan konstruk-konstruk lain (varian spesifik) dan sebagian disebabkan oleh kekeliruan.
c) Menghitung Korelasi-korelasi Antar Konstruk yang tidak Dikecilkan oleh Ketidakreliabelan
Ketidakreliabelan mengecilkan ukuran-ukuran asosiasi, seperti korelasi. Ukuran-ukuran jamak dari sebuah ukuran konstruk dapat digunakan untuk mendeteksi hubunganhubungan antara konstruk-konstruk yang bersih/murni dengan ketidakreliabelan/ ketidakajegan.
d) Menghilangkan variansi metode
Validitas konstruk itu terikat pada penilaian-penilaian yang menggunakan metode berbeda. Kemungkinan terjadi bahwa sesuatu dalam instrumen-instrumen ini mempengaruhi respon-respon para peserta namun tidak berkaitan baik dengan depresi maupun dengan kecemasan. Kemungkinan timbulnya variansi adalah sifat sifat negatif atau suatu keadaan suasana hati (mood) yang sementara yang dapat mempengaruhi respon-respon terhadap instrumen tersebut. Variansi yang lazim pada semua ukuran yang menggunakan metode sama itu disebut variansi metode.
e) Ukuran jamak Pertimbangan Akhir
1) Suatu operasi tunggal hampir selalu merepresentasikan sebuah konstruk               secara buruk.
2) Korelasi antara dua konstruk dikecilkan dengan ketidakreliabelan
3) Ketidakreliabelan selalu membuatnya lebih sulit untuk mendeteksi efek-efek            yang nyata karena kekuatan statistik tereduksi.
4) Korelasi antara dua ukuran yang menggunakan metode yang sama            digembungkan dengan variansi metode.
5) Jika dimungkinkan, ukuran-ukuran beragam yang menggunakan metode             jamak hendaknya digunakan untuk mengoperasionalkan sebuah konstruk.
6) Interpretasi-interpretasi harus dibuat pada tingkatan konstruk untuk            membuat simpulan secara tepat

f) Generalisabilitas
1) Validitas merupakan suatu properti skor-skor dan bukan properti instrumen.
2) Tingkatan dimana variabel-variabel menghasilkan skor-skor yang secara             memadai merefleksikan sebuah konstruk itu tergantung pada tipe peserta             yang digunakan dalam penelitian tersebut.
3) Hubungan-hubungan yang diperlihatkan oleh pemodelan persamaan            struktural itu hanya dapat digeneralisir pada orang-orang yang mirip dengan            mereka yang digunakan untuk mengumpulkan data.

3. Reaktivitas
a) Variabel terikat harus peka dengan karakteristik peserta, namun proses penilaian itu sendiri tidak boleh mempengaruhi karakteristiknya secara langsung; yakni, ukuran terikat harus mengindikasikan bagaimana peserta itu berfungsi secara normal.
b) Terkadang, sesuatu mengenai pemerolehan skor-skor yang kurang terikat mengubah situasinya sehingga bacaan-bacaan ’yang keliru’ diperoleh.
c) Variabel-variabel yang mempengaruhi karakteristik-karakteristik dari para peserta yang berupaya diukur itu dikatakan reaktif.

4. Pertimbangan Prosedural
Sejumlah isu prosedural harus dipertimbangkan ketika memilih atau mendesain variabel terikat. Seringkali, waktu yang dipakai penilaian itu penting bagi kesuksesan penelitian. Para peserta akan enggan untuk ikut penelitian yang menuntut waktu yang panjang dalam menyelesaikan isian dan instrumen, atau jika mereka ikut pun mereka mungkin memberi respon secara ceroboh pada item -itemnya (meningkatkan variansi error), khususnya pada akhir dari sebuah periode penilaian yang panjang.

Halo..halo numpang promosi yah teman2 terkasih..aku pemilik blog ini lagi launching produk sepatu terbaru kami diskon 50% all items...
Kelebihan kami adalah saudara2 bisa memesan sesuai model sepatu yang sobat suka (misalnya sobat sangat suka model sepatu artis yang harganya jutaan tapi tdk ada uang untuk membelinya, nah sobat bisa pesan ke aku nanti akan kami buatkan persis seperti pesanan sobat dengan tingkat kemiripan hingga 99% :)
untuk selengkapnya boleh di lihat dihalaman sebelah yah :)
Promo Gila sepatu best quality diskon 50%


Baca Juga :


Memahami Masalah Berdasarkan Konsep

Perbedaan Penelitian Survey dan Penelitian Eksperimen

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

 
-->