Buat yang tertarik baca makalah tentang harta silahkan dibaca DISINI.... atau mau tau tentang postulat-postulat akuntansi baca juga DISINI...
Oya jangan lupa komennya dikolom bawah ya sobat or sekadar LIKE gitu hehhe
Well, let's straight to TKP.....
A. PENGERTIAN
PENDAPATAN
Akuntansi merupakan kegiatan jasa yang
berfungsi menyediakan informasi keuangan suatu badan usaha tertentu. Informasi
ini disajikan dalam laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan laba
ditahan, laporan perubahan posisi keuangan serta catatan atas laporan keuangan.
Neraca menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu
waktu tertentu, dimana informasi yang tersedia berupa informasi harta,
kewajiban serta modal. Perhitungan laba rugi menunjukkan pendapatan yang
diperoleh, biaya yang dikeluarkan serta hasil usaha yang diperoleh dalam suatu
periode yang terakhir pada tanggal yang tertera di neraca. Laporan perubahan posisi keuangan
menyajikan kegiatan pembiayaan dan investasi perusahaan.
Dalam beberapa dasawarsa belakangan ini,
perhatian pada perhitungan laba rugi semakin dirasakan manfaatnya. Dengan
adanya informasi mengenai pendapatan, maka dapat
membandingkan antara modal
yang tertanam dengan penghasilan sebagai
alat untuk mengukur
kinerja efisiensi perusahaan dan dapat
memprediksi distribusi dividen di neraca yang akan datang. Pendapatan sebagai
salah satu elemen penentuan laba rugi suatu perusahaan belum mempunyai pengertian
yang seragam. Hal ini disebabkan pendapatan biasanya dibahas dalam hubungannya
dengan pengukuran dan waktu pengakuan
pendapatan itu sendiri.
Menurut Ikatan Akuntansi
Indonesia (1999:233) menyebutkan bahwa pendapatan adalah: “Arus masuk bruto
dari manfaat ekonomi
yang timbul dari aktivitas normal perusahaan
selama satu periode, bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang
tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.
Sedangkan
menurut Accounting Principle Board dikutip oleh Theodorus Tuanakotta (1984:153)
pengertian pendapatan adalah” Pendapatan sebagai inflow of asset kedalam
perusahaan sebagai akibat penjualan barang dan jasa”.
Selain itu
menurut Commite On Accounting Concept and Standart dari AAA dikutip oleh
Theodorus Tuonakotta (1984:144) memberikan definisi pendapatan adalah”
Pernyataan moneter mengenai barang dan jasa yang ditransfer perusahaan kepada
langganan-langganannya dalam jangka waktu tertentu”.
Paton dan Littleton
mengemukakan bahwa pengertian pendapatan dapat ditinjau dari aspek fisik dan
moneter. Hal ini juga dikemukakan Suwardjono (1984:167) mengatakan bahwa dari aspek fisik pendapatan
dapat dikatakan sebagai hasil akhir suatu aliran fisik dalam proses menghasilkan
laba. Aspek moneter memberikan pengertian bahwa pendapatan dihubungkan dengan
aliran masuk aktiva yang berasal dari kegiatan operasi perusahaan dalam arti
luas. Dapat disimpulkan oleh PSAK No.
23 bahwasanya pengertian pendapatan
adalah Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal.
Nilai wajar adalah suatu jumlah, untuk itu suatu
aktiva mungkin ditukar atau suatu kewajiban diselesaikan antara pihak yang
memahami dan berkeinginan
untuk
melakukan transaksi wajar (arm's length transaction). Pendapatan hanya terdiri
dari arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang diterima dan dapat diterima
oleh perusahaan untuk dirinya sendiri. Jumlah yang ditagih atas nama pihak
ketiga, seperti pajak pertambahan nilai, bukan merupakan manfaat ekonomi yang
mengalir ke perusahaan dan tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas, dan karena itu
harus dikeluarkan dari pendapatan. Begitupun dalam hubungan keagenan, arus
masuk bruto manfaat ekonomi termasuk jumlah yang ditagih atas nama prinsipal,
tidak mengakibatkan kenaikan ekuitas perusahaan, dan karena itu bukan merupakan
pendapatan. Yang merupakan pendapatan hanyalah komisi yang
diterima
dari prinsipal.
B. PENGAKUAN PENDAPATAN
ü Kriteria
Pengakuan Pendapatan
Pengakuan sebagai pencatatan suatu item
dalam perkiraan-perkiraan dan laporan keuangan seperti aktiva, kewajiban,
pendapatan, beban, keuntungan dan kerugian. Pengakuan itu termasuk penggambaran
suatu item baik dalam kata-kata maupun dalam jumlahnya, dimana jumlah mencakup
angka-angka ringkas yang dilaporkan dalam laporan keuangan.
Empat kriteria mendasar yang harus
dipenuhi sebelum suatu item dapat diakui adalah:
1.
Definsi
item dalam pertanyaan harus memenuhi definisi salah satu dari tujuh unsur
laporan keuangan yaitu aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian.
2.
Item
tersebut harus memiliki atribut relevan yang dapat diukur secara andal, yaitu
karakteristik, sifat atau aspek yang dapat dikuantifikasi dan diukur.
3.
Relevansi
informasi mengenai item tersebut mampu membuat suatu perbedaan dalam
pengambilan keputusan.
4.
Reliabilitas
informasi mengenai item tersebut dapat digambarkan secara wajar dapat diuji,
dan netral.
Empat kriteria pengakuan di atas,
diterapkan pada semua item yang akan diakui pada laporan keuangan. Namun SFAC No.5
menyatakan persyaratan yang lebih mengikat dalam hal pengakuan komponen laba
dan pada pengakuan perubahan lainnya dalam aktiva atau kewajiban. Sebagai
tambahan pada empat kriteria pengakuan secara umum yang telah dijelaskan
sebelumnya, pendapatan dan keuntungan umumnya diakui apabila :
1.
Pendapatan
dan keuntungan tersebut telah direalisasikan.
2. Pendapatan dan keuntungan tersebut
telah dihasilkan karena sebagian besar dari proses untuk menghasilkan laba
telah selesai.
Pendapatan direalisasikan ketika kas
diterima untuk barang dan jasa yang dijual. Pendapatan itu dapat direalisasikan
ketiga klaim atas kas (misalnya, aktiva non kas seperti piutang usaha atau
wesel tagih) diterima yang ditentukan dapat segera dikonversikan ke dalam kas
tertentu. Kriteria ini juga dipenuhi jika produk tersebut adalah suatu
komoditas, seperti emas, dimana ada pasar publik untuk jumlah tak terhingga,
dan produk tersebut dapat dibeli dan dijual pada harga pasar yang telah
diketahui. Pendapatan dihasilkan ketika perusahaan secara mendasar
menyelesaikan semua yang harus dilakukannya agar dikatakan menerima manfaat
dari pendapatan yang terkait. Secara umum pendapatan diakui ketika proses
menghasilkan laba diselesaikan atau sebenarnya belum diselesaikan selama
biaya-biaya yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses menghasilkan laba dapat
diestimasi secara tepat.
ü Pengakuan Pendapatan
Pendapatan
yang timbul dari kegiatan normal perusahaan memiliki identifikasi tertentu. Menurut PSAK No.23 kriteria
pengakuan pendapatan biasanya diterapkan
secara terpisah kepada setiap transaksi, namun dalam keadaan tertentu
adalah perlu untuk menerapkan
kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi secara terpisah dari suatu transaksi tunggal
supaya mencerminkan substansi dari
transaksi tersebut. Sebaliknya, kriteria
pengakuan diterapkan pada dua atau
lebih transaksi bersama-sama bila transaksi tersebut terikat sedemikian rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat
dimengerti tanpa melihat rangkaian transaksi tertentu secara keseluruhan. Pendapatan dari penjualan barang harus
segera diakui bila seluruh kriteria berikut ini terpenuhi:
Perusahaan
telah memindahkan resiko secara signifikan dan telah memudahkan manfaat
kepemilikan barang kepada pembeli
Perusahaan
tidak lagi mengelola atau pengendalian efektif atas barang yang dijual
Jumlah
pendapatan tersebut dapat diukur dengan handal;
Besar
kemungkinan manfaat ekonomi yang dihubungkan dengan transaksi akan mengalir ke perusahaan tersebut
Biaya
yang akan terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan transaksi penjualan
dapat diukur dengan handal.
Bila salah
satu kriteria di atas tidak dipenuhi, maka pengakuan pendapatan harus ditangguhkan.
Pendapatan tidak diakui apabila perusahaan tersebut menahan resiko dari kepemilikan,
antara lain :
v Bila perusahaan menahan kewajiban
sehubungan dengan pelaksanaan suatu hal yang tidak memuaskan yang tidak dijamin
sebagaimana lazimnya
v Bila penerimaan pendapatan dari suatu
penjualan tertentu tergantung pada pendapatan pembeli yang bersumber dari
penjualan barang yang bersangkutan
v Bila pengiriman barang tergantung pada
instalasinya, dan instalasi tersebut merupakan bagian signifikan dari kontrak
yang belum diselesaikan oleh perusahaan
v Bila pembeli berhak untuk membatalkan
pembelian berdasarkan alasan yang ditentukan dalam kontrak dan perusahaan tidak
dapat memastikan apakah akan terjadi return.
C. PENGUKURAN PENDAPATAN
Pendapatan harus diukur dengan nilai
wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima. Jumlah pendapatan yang
timbul dari suatu transaksi biasanya ditentukan oleh persetujuan antara
perusahaan dan pembeli atau pemakai aktiva tersebut. Jumlah tersebut diukur
dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau yang dapat diterima perusahaan
dikurangi jumlah diskon dagang dan rabat volume yang diperbolehkan oleh
perusahaan.
Pada umumnya,
imbalan tersebut berbentuk kas atau setara kas dan jumlah pendapatan adalah
jumlah kas atau setara kas yang diterima atau yang dapat diterima. Namun, bila
arus masuk dari kas atau setara kas ditangguhkan, nilai wajar dari imbalan
tersebut mungkin kurang dari jumlah nominal dari kas yang diterima atau yang
dapat diterima. Misalnya, suatu perusahaan dapat memberikan kredit bebas bunga
kepada pembeli atau menerima wesel tagih dari pembeli dengan tingkat bunga di
bawah pasar sebagai imbalan dari penjualan barang.
Bila
perjanjian tersebut secara efektif merupakan suatu transaksi finansial, nilai
wajar imbalan ditentukan dengan pendiskontoan seluruh penerimaan di masa depan
dengan menggunakan suatu tingkat bunga tersirat (imputed). Tingkat bunga
tersirat tersebut adalah yang paling mudah ditentukan dari:
a.
Tingkat
bunga yang berlaku bagi instrumen yang serupa dari suatu penerbit (issuer)
dengan penilaian kredit (credit rating) yang sama
b.
Suatu
tingkat bunga untuk mengurangi (discount) nilai nominal instrumen tersebut ke
harga jual tunai pada saat ini dari barang atau jasa. Perbedaan antara nilai
wajar dan jumlah nominal dari imbalan tersebut diakui sebagai pendapatan bunga.
Bila barang
atau jasa dipertukarkan (barter) untuk barang atau jasa dengan sifat dan nilai
yang sama, maka pertukaran tersebut tidak dianggap sebagai suatu transaksi yang
mengakibatkan pendapatan. Hal ini sering terjadi dengan komoditi seperti minyak
atau susu di mana penyalur menukarkan (swap) persediaan di berbagai lokasi
untuk memenuhi permintaan dengan suatu dasar tepat waktu dalam suatu lokasi
tertentu. Bila barang dijual atau jasa diberikan untuk dipertukarkan dengan
barang danjasa yang tidak serupa, pertukaran tersebut dianggap sebagai
transaksi yang mengakibatkan pendapatan. Pendapatan tersebut diukur pada nilai
wajar dari barang atau jasa yang diserahkan, disesuaikan dengan jumlah kas atau
setara kas yang ditransfer.
Kriteria
pengakuan dalam Pernyataan ini biasanya diterapkan secara terpisah kepada
setiap transaksi. Namun, dalam keadaan tertentu, adalah perlu untuk menerapkan
kriteria pengakuan tersebut kepada komponen-komponen yang dapat diidentifikasi
secara terpisah dari suatu transaksi tunggal supaya mencerminkan substansi dari
transaksi tersebut. Misalnya, bila harga penjualan dari suatu produk termasuk
jumlah yang dapat diidentifikasi untuk jasa purna jual, jumlah tersebut
ditangguhkan dan diakui sebagai pendapatan selama periode di mana jasa tersebut
dilakukan. Sebaliknya, kriteria pengakuan diterapkan pada dua atau lebih
transaksi bersama-sama bila transaksi-transaksi tersebut terikat sedemikian
rupa sehingga pengaruh komersialnya tidak dapat dimengerti tanpa melihat kepada
rangkaian transaksi tersebut secara keseluruhan. Misalnya, suatu perusahaan
dapat menjual barang dan, pada saat yang sama, menyetujui perjanjian yang
terpisah untuk membeli kembali barang tersebut di kemudian hari, sehingga
meniadakan pengaruh yang sesungguhnya dari transaksi tersebut; dalam hal ini,
kedua transaksi tersebut diperlakukan bersamaan.
D.
PENILAIAN PENDAPATAN
Pendekatan Penilaian Pendapatan
Pendekatan Pendapatan (Income
Approach) berdasarkan pada pola pikir hubungan antara pendapatan dari properti
dan nilai dari properti itu sendiri. Nilai dari properti tergantung pada kemampuan properti itu
untuk menghasilkan keuntungan. Metode ini dikenal juga sebagai metode
kapitalisasi karena pendapatan bersih yang dihasilkan oleh suatu properti
dikapitalisasi menjadi nilai kini melalui perhitungan matematis yang disebut
dengan kapitalisasi
Dalam Pendekatan Pendapatan terdapat 4 metode:
1) Metode Diskonto Arus Kas(Discounted Cash Flow Method/Metode DCF);
2) Metode Kapitalisasi Langsung (Direct Capitalization Method);
3) Metode Penyisaan (Residual Technique Method); dan
4) Gross Income Multiplier (GIM).
Dalam Pendekatan Pendapatan terdapat 4 metode:
1) Metode Diskonto Arus Kas(Discounted Cash Flow Method/Metode DCF);
2) Metode Kapitalisasi Langsung (Direct Capitalization Method);
3) Metode Penyisaan (Residual Technique Method); dan
4) Gross Income Multiplier (GIM).
1.
Metode Diskonto Arus Kas
Dimana
arus kas dapat lebih memberikan gambaran pendapatan suatu properti baik
sekarang maupun yang akan datang, dengan memperhatikan data-data masa lampau.
Metode DCF sangat sesuai untuk property yang menghasilkan pendapatan dengan
kondisi perekonomian yang tidak stabil. Proyeksi arus kas sangat penting dalam
penilaian untuk property yang menghasilkan pendapatan, oleh karena itu
diperlukan :
ü Prinsip antisipasi (principle of
anticipation)
ü Penyesuaian seluruh data pasar
ü Analisa data pasar secara cermat
ü Data pasar harus akurat
ü Jangka waktu proyeksi yang dapat
dianggap memenuhi prediksi arus kas (umumnya 5 –10tahun)
2.
Metode Kapitalisasi Langsung
Pada metode ini Nilai obyek penilaian didapatkan dengan
membagi proyeksi pendapatan tahunan yang mencerminkan dan mewakili pendapatan tahunan
dimasa yang akan datangdengan Tingkat Kapitalisasi tertentu.
a) Langkah-langkah
yang wajib dilakukan dalam penggunaan metode kapitalisasi langsung (direct
capitalization method), paling kurang:
Melakukan analisis pendapatan dan pengeluaran dari obyek penilaian dan properti pembanding;
Melakukan analisis pendapatan dan pengeluaran dari obyek penilaian dan properti pembanding;
b)
Mengestimasi
pendapatan kotor potensial obyek penilaian;
c)
Mengestimasi
tingkat kekosongan dan potensi kehilangan pendapatan (vacancy and collection loss)
dari obyek penilaian;
d)
Melakukan
pengurangan antara total pendapatan kotor potensial dengan tingkat kekosongan
dan potensi kehilangan pendapatan (vacancy and collection loss) untuk
memperoleh pendapatan kotor efektif (effective gross income);
e)
Mengestimasi
total biaya operasional yang terdiri dari biaya tetap, biaya variabel dan
cadangan;
f)
Melakukan
pengurangan antara pendapatan kotor efektif (effective gross income) dengan
total biaya operasional untuk memperoleh pendapatan bersih operasi;
g)
Menetapkan
tingkat kapitalisasi; dan
h)
Mengkapitalisasikan
pendapatan bersih operasi untuk mengestimasi indikasi Nilai obyek penilaian;
3.
Metode
Penyisaan
Pada
metode ini, nilai obyek
penilaian didapatkan dengan mengkapitalisasi komponen pendapatan yang merupakan
bagian dari komponen properti, antara lain tanah dan bangunan serta mesin dan peralatan.
Melakukan pengurangan antara pendapatan bersih operasi properti secara
keseluruhan dengan pendapatan tahunan (annual income) dari komponen-komponen
properti lainnya yang bukan obyek penilaian untuk memperoleh komponen
pendapatan obyek penilaian.
4.
Metode Gross Income Multiplier
Pada metode ini, nilai obyek penilaian didapatkan dengan
mengkonversikan Pendapatan kotor tahunan (potential gross income) yang
mencerminkan dan mewakili pendapatan tahunan dimasa yang akan datang dengan
konstanta tertentu.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan gross income multiplier method, paling kurang:
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penggunaan gross income multiplier method, paling kurang:
a.
Mengestimasi
nilai jual dari properti yang sebanding dan sejenis dengan obyek penilaian;
b.
Mengestimasi
pendapatan kotor potensial dari properti yang sebanding dan sejenis dengan
obyek penilaian;
c.
Membagi
nilai jual properti sebanding dengan pendapatan kotor potensial properti
sebanding dan sejenis untuk memperoleh gross income multiplier;
d.
Mengestimasi
pendapatan kotor potensial obyek penilaian; dan
e.
Mengalikan
gross income multiplier dengan pendapatan kotor potensial obyek penilaian untuk
memperoleh indikasi Nilai obyek penilaian.
E.
PENYAJIAN PENDAPATAN
Penyajian
pendapatan yang didasarkan saat uang tunai diterima disebut cash basis.
Sedangkan pendapatan yang tidak dipenuhi oleh saat penerimaan dalam bentuk uang
disebut Accrual basis. Accrual basis inilah yang dianut oleh SAK dalam kerangka
dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan pada paragraf 20. Besarnya
pendapatan yang diperoleh perusahaan harus disajikan dalam laporan keuangan.
Pada perusahaan konstruksi, besarnya jumlah pendapatan yang belum diterima
dalam bentuk uang tunai / termin disajikan dalam rekening tagihan bruto kepada
pemberi kerja, hal ini sesuai dengan paragraph 39 (a), yang menyatakan : “Dalam
laporan keuangan perusahaan harus menyajikan :
Jumlah
tagihan bruto kepada pemberi kerja sebagai asset. Besarnya
tagihan bruto kepada pemberi kerja ini merupakan selisih antara biaya yang
terjadi yang terjadi di tambah laba yang diakui dikurangi jumlah kerugian yang
diakui dengan angsuran yang diterimah/termin (PSAK No.3).
F.
PENGUNGKAPAN
PENDAPATAN
Perusahaan harus mengungkapkan:
a.
kebijakan akuntansi yang
dianut untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang dianut untuk menentukan
tingkat penyelesaian transaksi penjualan jasa;
b.
jumlah setiap kategori
signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk
pendapatan dari: Penjualan barang, Penjualan jasa, bunga, royalti, dividen
c.
jumlah pendapatan yang
berasal dari pertukaran barang atau jasa dimasukkan dalam setiap kategori yang
signifikan dari pendapatan;
d.
pendapatan yang ditunda
pengakuannya.
Suatu perusahaan mengungkapkan setiap
keuntungan dan kerugian kontinjen sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan No.8 tentang Kontinjensi dan
Peristiwa Setelah Tanggal Neraca. Keuntungan dan kerugian kontinjen dapat
timbul dari pos-pos seperti biaya jaminan, klaim,denda, atau kemungkinan
kerugian lainnya.