Pages

Thursday, August 1, 2013

Peran Agama Kristen dalam Pembentukan Karakter

Peran Agama Kristen dalam Pembentukan Karakter
Morning sobat Shantycr7.,.,wah pagi yang cerah ya semoga hari yang akan kita lalu sepanjang hari ini juga cerah juga yah,,hehhe
Well, sobat pagi ini aku mau posting tugas agama ku waktu semester 5 lalu yah sekitar dua tahun lalu lah, setelah tadi lihat-lihat dokumentasi di netbook ku, ketemu deh tulisan yang menurutku bagus untuk sobat Shantycr7 baca even sebenarnya this is special for christians tapi it’s ok koq kalo sobat muslim yang baca, kan itung-itung sebagai pengetahuan, aku sendiri cukup tertarik mempelajari agama yang lain, so pengetahuan itu cakupannya ga sempit,,,jadi ini tentang peran agama kristen sobat dalam pembentukan karakter,,,yah kita tau donk bahwa dunia ini sudah seperti apa sekarang, “makin hancur” dan memang begitu lah yang tertulis di Alkitab, dunia tidak akan semakin baik but sebaliknya, sekarang tergantung kita yang berbijaksana yang bisa bertahan hingga hari penghakiman nanti atau pada saat hari kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya...
Alright sobat we’ll start from introduction, let’s read it !
BAB I
 PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kita sering mendengar ungkapan “ susah mencari orang jujur pada jaman sekarang”. Kita banyak mendengar kabar tentang korupsi, tawuran antara pelajar, orang yang tidak bertanggungjawab, kenakalan remaja, seks bebas. Sebenarnya apa yang salah dengan manusia zaman sekarang. Orang-orang yang berkualitas secara akademis tapi tidak memiliki moral. Pada masa ini kita harus mengakui bahwa karakter manusia mulai menurun kualitasnya. Bukan hal yang baru, pada saat ini meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan dengan pendidikan akhlak dan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama) ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau hanya sekedar “tahu”).
Dalam buku Seni membentuk Karakter Kristen, DR. Stephen Tong mengatakan sekolah-sekolah sudah tidak lagi mementingkan pendidikan karakter, yang dipentingkan hanyalah pengetahuan akademik dan gelar. Pendidikan akademik yang tidak diimbangi oleh pendidikan karakter, bukanlah pendidikan.
Dengan keadaan seperti sekarang ini, seharusnya kita lebih menyadari bahwa tujuan pendidikan Kristen adalah pendidikan karakter kristiani berdasarkan Alkitab.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam artinya pergi. Kemudian akar kata gam tersebut mendapat awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk mencapai kebahagiaan. Di samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama. A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.
            Kata religi–religion dan religio, secara etimologi — menurut  Winkler Prins dalam Algemene Encyclopaedie–mungkin sekali berasal dari bahasa Latin, yaitu dari kata religere atau religare yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang yang  ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti berhati-hati, maka dimaksudkan bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang yang senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.              Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata penyembahan kepada yang Agung tersebut,  serta suatu  tata  kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan religi terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan atau kepercayaan terhadap adanya Yang Agung, 2) tata hubungan atau tata penyembahan terhadap yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 3) tata kaidah/doktrin, sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 4) tata sikap terhadap dunia, yang menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia, sebagaimana golongan spiritualisme.
Selanjutnya, kata din–secara etimologi–berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan taat, undang-undang, peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah orang yang patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan kebahagiaan di hari kemudian. Oleh karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah, 2) tata hubungan terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah, 3) tata kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi, 4) tata sikap terhadap dunia dalam bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk mencapai kebahagiaan akhirat. Sedangkan menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia yang berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan di akhirat.
Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu memiliki empat ciri, yaitu: 1) din adalah peraturan Tuhan, 2) din hanya diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la aqla lahu, artinya: agama ialah akal tidak ada agama bagi orang yang tidak berakal, 3) din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri, firman Allah: la ikraha fi al-din, artinya: tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama), 4) din bertujuan rangkap, yakni kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.
2.2  Pengertian Karakter
-          Karakter merupakan totalitas ciri pribadi membentuk penampilan seseorang atau obyek tertentu. Ciri-ciri personal mempunyai karakter terdiri dari kualitas moral dan etis; kualitas kejujuran, kebranian, integritas, reputasi yang baik, semua nilai tersebut di atas merupakan sebuah kualitas yang melekat pada kekhasan individu.
-          Adalah sesuatu yang telah dipahat dalam hati sehingga merupakan tanda yg khas, karakter mengacu pada moralitas kehidupan sehari-hari. Karakter bukan merupakan kegiatan sesaat, melainkan kegiatan konsisten muncul baik secara batiniah dan rohaniah.
-          Karakter mengacu pada kebiasaan berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat, membentuk tekstur dan motivasi kehidupan seseorang. Karakter erat dengan pola tingkah laku, kecenderungan pribadi utk berbuat baik.
-          Karakter sebagai suatu yang melekat pada personal yaitu totalitas ide, aspirasi, sikap, yang terdapat dlm individu dan telah mengkristal pada pikiran dan tindakan. Hanya individu itu sendiri yang tahu dirinya.

2. 3 Pendidikan Agama Kristen
Tujuan Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi secara spesifik adalah: “Membantu terbinanya sarjana beragama, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan luas, ikut seta dalam kerjasama antar umat beragama dalam pengembangan dan pemanfaatan IPTEKS untuk kepentingan nasional (Yusri Pangabean, 2000: 1)” Sedang tujuan Pendidikan Agama Kristen secara umum adalah agar mahasiswa sebagai generasi penerus mampu menghayati dan mengerti sebagai Umat Allah mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia, negara dan bangsa Indonesia.
Tujuan pendidikan Kristen secara khusus adalah usaha untuk membentuk dan membimbing peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh yang mencerminkan sebagai gambar Allah yang memiliki sifat kasih dan ketaatan kepada Tuhan, memiliki kecerdasan, ketrampilan, berbudi pekerti yang luhur, kesadaran dan memelihara lingkungan hidup, serta ikut bertanggung jawab dalam pembangunan masyarakat, berbangsa dan bernegara.
 Menurut Yusri Panggabean tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) adalah:
“Mahasiswa diharapkan mengenal atau menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus dalam bimbingan Roh Kudus sehingga dapat bertumbuh dalam membentuk diri pribadi seutuhnya sebagai manuisa ciptaaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah, sesama manusia dan lingkungan serta bersedia mengabdikan seluruh hidup dan pekerjaan demi kepentinggan sesamanya dalam segala aspek lapangan hidup dimana dia berada untuk hormat dan kemulyaan bagiNya (Yusri Pangabean, 2000: 1)
 Jadi pada prinsipnya konsep belajar kristen ditekankan pada keaktifan setiap pribadi untuk membentuk diri atau menjadi pelaku firman Allah dan mengabdikan seluruhnya untuk bangsa dan negara termasuk cinta tanah air sebagai perwujudan kasihnya kepada Tuhan. Oleh karena konsep belajar dengan semangat pembaruan akan membawa kepada kemajuan yang sangat berarti bagi hakekat kemanusiaan. Sedang interaksi dalam aktivitas pembelajaran merupakan upaya pencarian diri sendiri agar lebih dewasa dan manusiawi.

2. 4 Peran Agama Kristen dalam Pembentukan Karakter

Membicarakan agama dalam kohesi sosial atau kajian fungsional atas agama yaitu hubungan antara agama dengan sub sistem yang lain, ada tujuh hal yang disebut oleh O’Dea mengenai fungsi agama yaitu; “Pertama: agama merujuk suatu apa yang ada di luar, ia dapat menjadi semangat atau suport, memberi hiburan (pengharapan) dan rekonsiliasi. Manusia memerlukan suport dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti, memberikan pengharapan untuk berjalan dengan iman, atau hiburan ketika menghadapi kekecewaan, dan rekonsiliasi dengan masyarakat bila mengalami keterpencilan dari tujuan dan norma sosial. Kedua; agama memberikan hubungan transendental melalui upacara-upacara persembayangan sehingga memberikan rasa aman dan identitas yang kokoh dalam menghadapi perubahan. Ketiga; agama mensakralkan norma dan nilai dalam masyarakat, menjaga kelestarian dominasi tujuan dan disiplin kelompok  atas keinginan dan dorongan-dorongan individual (sebagai sosial kontrol). Keempat: agama sebagai kritik sosial, dimana norma-norma yang sudah melembaga ditinjau ulang, sesuai dengan fungsi kenabiannya (prophetic agama). Kelima; agama memberikan identitas dan menyadarkan tentang “siapa” mereka dan “apa” mereka. Keenam: agama berfungsi dalam hubungannya dengan kematangan seseorang individu dalam masyarakat. Ketujuh; agama berfungsi dalam membentuk social solidarity (solidaritas sosial) dan terakhir agama dapat berperan dalam pemerataan pendapatan (Kuntowijoyo, 1977: 7).
Jadi kajian fungsi agama sangat berperan dalam memembentuk watak bangsa, nilai-nilai agama bisa memberi semangat bagi individu dan kelompok masyarakat dalam menghadapi krisis multidimensional yang tak kunjung selesai, menghadapi disintegrasi bangsa seperti kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua Merdeka (OPM), korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang menggurita. Nilai-nilai agama memberi penghiburan dan harapan untuk menghadapi ketidak pastian dan meyakini ada saatnya krisis akan berakhir dan bangsa bisa bersatu mewujudkan tujuan nasionalnya.
2.4.1        Peran Agama dalam kajian Fungsional
-           Memberi semangat (suport) memberi hiburan dan rekosiliasi. Manusia perlu supor menghadapi masa depan tidak pasti, harapan dalam iman, hiburan ketika kecewa.
-          Hubungan transendental melalui upacara persembayangan, merasa aman, identitas yang kokoh dalam menghadapi perubahan.
-          Agama mensakralkan norma (Sebagai sosial kontrol)
-          Sebagi kritik sosial (noma yang ada ditinjau ulang, sesuai fungsi kenabiannya).
-          Memberi identitas; menyadarkan tentang siapa, mereka dan apa mereka.
-          Sebagai solidaritas sosial.
-          Pemerataan pendapatan
-          Fungsi agama dapat membentuk watak bangsa, memberi semangat individu dan kelompok dalam hadapi krisis, disintegrasi bangsa. Memberi hiburan dan ketidak pastian masa depan, saatnya krisis akan berakhir.

2.4.2        Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi
-          Membentuk sarjan beragama, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, rasional, dinamis, pandangannya luas, kerjasama antar umat dalam pengembangan IPTEKS untuk kepentingan nasional.
-          Tujuan umum mempunyai tugas hakiki menghayati dan mengerti sebagai umat Allah mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia.
-          PAK Yusril; Mengenal kasih Allah dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus pribadi seutuhnya sebagai manusia ciptaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah dan manusia, bersedia mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemulyaannya.
-          Kesimpulan: membentuk pribadi Kristus menjadi pelaku firman untuk mengabdi bagi sesama.
-          Semangat belajar memperbaharui diri untuk membawa ke arah kemajuan bagi hakekat kemanusiaan. Interaksi dalam pembelajaran upaya mencari diri agar lebih dewasa dan manusiawi.


2..5 Pentingnya Pendidikan Nilai Kristen
-          Moderat dan merenungkan firman Tuhan siang dan malam Maz 1.
-          Menstranfer nilai berulang-ulang. Mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari Etika Kristen
-          Proses tranfer nilai bagaimana seseorang sampai pada suatu pemilihan nilai
-          Prinsip peserta didik harus diberi kesempatan untuk menjadi pelaku firman, aktif secara fisik dan mental. Firman itu harus menjadi daging.
-          Bentuk pendidikan nilai budi pekerti untuk menjadi warganegara yang baik harus diintegrasikan setiap pelajaran penanaman nilai liberty, eqalitity, frienternity, unity, demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.
-          Yesus meneladani lintas SARA (orang samaria yang baik hati), kita harus mengasihi sesama secara totalitas, oleh karena itu pendidikan pluralisme penting untuk memgawa kabar damai.
-          Ia peduli; sakit disembuhkan, lapar dicukupkan, mati dibangkitkan, lumpuh berjalan, buta melihat, Menolak agama Verbalistik, formalisme, iman dan perbuatan. Expresi iman dlm perbuatan thd sesama membutuhkan. Syalom Allah ad. Hakekat Kristen.

2.6  Sumbangan Pendidikan Agama Kristen dalam Pengembangan Nilai Eqalitarian
Dalam mensosialisasikan Pendidikan agama di masyarakat perlu dikembangkan nilai-nilai kebersamaan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan hidup bersama sebagai warga bangsa adalah menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, bahwa bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dan heterogin.
Sikap saling menghormati dan mengharagai perbedaan yang ada harus senantiasa dikembangkan. Oleh karena itu sikap eksklusif dan pemahaman terhadap agama, dan agama sering dijadikan alat legitimasi untuk melakukan kekerasan terhadap pemeluk agama lain harus dihindari. Tindakan antagonis ini sangat counter producitive dengan hakekat kemanusiaan universal.
Pemahaman agama yang berada dalam tataran institusi, hanya menghasilkan hal yang formalitas, dan belum mengenai makna yang esensial. Sedang pemahaman makna yang esensial, nilai-nilai agama akan dapat dijadikan motivasi kebersamaan, kesetaraan dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sangat penting artinya pendidikan agama bagi generasi muda, nilai agama tidak hanya sebagai ritualitas tetapi diharapkan dapat mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan. Penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama secara baik akan memperkuat nilai-nilai kemanusiaan, dan dapat dijadikan landasan spiritual, moral, etika bagi pembangunan nasional, sehingga dapat memperkokoh kesatuan dan persatuan bangsa.
Peringatan bagi para pakar ilmu agama sebagaimana dengan paradigma modern peradaban saat ini telah mendorong rasionalisasi memasuki primordialistik, trasdisi keagamaan dan dalam kehidupan bersama.
Sasaran yang semula menjadi akar peradaban mulai bergeser ke arah bangun dasar negara yang menjaga stabilitas bangsa. Kehidupan bersama saat ini bagi generasi muda mempunyai makna berbeda, karena situasi dan tantangan zaman berbeda.
Perlu dimengerti bahwa kepribadian generasi muda terbentuk oleh jiwa jaman dan untuk membentuk kepribadian global. Anak-anak jaman dimasa yang akan datang adalah generasi yang memiliki kesadaran kemanusiaan, dan nilai-nilai moral yang terkandung secara intrensik di dalamnya. Oleh karena itu bagi generasi tua perlu mewariskan butir-butir kemanusiaan secara universal dan eqalitarian, bukan hanya format struktur kebangsaan melainkan moralitas dan roh yang dapat membangun hidup bersama.
Pentingnya bagi generasi penerus, pewaris cita-cita bangsa agar menumbuhkembangkan komitment kebangsaan dan kemanusiaan dalam sebuah masyarakat modern suatu orde generasi dengan kemampuan kreatif dan tidak terbatas pada logika formal yang dangkal.

2.7  Kontribusi Nilai Kekristenan dalam Membentuk Masyarakat Sipil
Menurut Pendeta Hartoyo nilai-nilai subtansial sebagai akar budaya masyarakat sipil di Amerika dan Eropa Barat adalah nilai kasih yang diimplementasikan dalam segala aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh orang Barat sangat patuh sekali dalam tatatertib berlalu lintas, karena pada prinsipnya jika melanggar berarti akan menyusahkan orang lain, di negeri barat juga dijunjung tinggi nilai-nilai kehidupan orang lain atau sangat menghargai perbedaan dan pendapat orang lain sebagai wujud dari masyarakat sipil.
Sedangkan menurut Pdt. Sangadi Mulya peran orang Kristen dalam mewujudkan masyarakat sipil adalah sebagai garam dan terang yang menggarami dalam segenap hidup manusia. Prinsip Kekristenan adalah ibadah yang holistik tidak hanya ibadah ritual tetapi diterapkan dalam segenap aspek kehidupan manusia sehingga menghasilkan buah yang nyata menjadi berkat bagi orang lain . Contoh kongkrit “Pelayanan Kristiani” telah dilakukan oleh Almarhum Ibu Theresia dari India, Almarhum Dr. Yohanes Lemena, Yos Sudarso, Romo YB Mangun Wijoyo yang memiliki kepekaan sosial terhadap lingkungannya dengan memberikan hidupnya untuk masayarakat marginal (Indra Trenggono, Kedaulatan Rakyat, 29 Oktober 2005; hal 12). Menurut Prof. Dr. Usman Abubakar masyarakat sipil akan terwujud jika bangsa Indonesia mengedepankan pendidikan formal bagi seluruh warga bangsa, jika terjadi kesenjangan pendidikan dan kesenjangan sosial-ekonomi maka bangsa ini mudah terprovokasi untuk melakukan kekerasan terhadap sesama warga bangsa.
Dalam sosialisasi pendidikan nilai secara universal dan holistik, perlu dipahami pendidikan formal. Oleh karena kesuksesan pendidikan formal dalam mewujudkan masyarakat sipil yang modern diukur dengan penguasaan nilai-nilai IPTEKS dan soft skils yaitu kemampuan untuk bekerja dengan kelompok, bekerja dalam tekanan, kemampuan memimpin, kemampuan berkoordinasi, berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dan asing, tabah dan gigih, percaya diri, memiliki kemampuan memanfaatkan teknologi informasi untuk mendapatkan dan memanfaatkan informasi dan memiliki nasionalisme tinggi tidak banyak tuntutan . Nilai-nilai kebersamaan perlu dijunjung tinggi seperti kosep “manunggaling kawulo gusti” yang menekankan kebersamaan dan keteladanan pemimpin terhadap rakyatnya seperti Almarhum Sultan HB IX mengorbankan tahta untuk rakyatnya.
Dalam mewujudkan peradaban yang baik perlu strategi perjuangan kultural dan struktural secara bersama, struktural dalam arti politik, perbaikan struktural ini sarana yang paling efektif adalah melalui parpol . Semantara kultural itu merupakan perjuangan panjang. Perjuangan membangun mentalitas melalui nilai-nilai kedadilan dan demokrasi yang berorientasi pada Firmn Allah. Sedang Nilai-nilai di atas dapat diujudkan karena Injil adalah kekuatan Allah yang hidup dan memberikan kemampuan, kesanggupan dan kekuatan bagi penganutnya.

2.8  Sosialisasi Pendidikan Karakter
-          Dibentuk sejak usia dini
-          Peran Ortu dan lingkungan dominan
-          Mengembangkan suara hati anak peke terhadap lingkungan
-          Komitment orang tua membentuk karakter dgn nilai kekristenan
-          Pemimpin harus punya komitment untuk meniru Kristus
-          Karakter harus dikonsep secara ideal untuk generasi muda
-          Memberi Norma yang dibakukan
-          Memodelkan orang tua sebagai Panutan
-          Diajarkan secara berulang-ulang
-          Keaktifan anak untuk memilih Nilai
-          Menjadi habit
-          Interaksi keladanan dan membentuk kondisi lingkungan yang kondusif
-          Orang tua harus memberi hidupnya bagi anaknya.







BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Peran Agama Kristen diharapkan menghasilkan dapat menghasilkan individu-individu yang menjadi garam dan terang ditengah-tengah masyarakat yang ditekankan dalam bentuk pendidikan nilai (budi pekerti atau value education), memeliki kesadaran berani mengambil sikap positif demi masa depan bangsa yang bertujuan untuk mewujudkan warga negara yang baik (Good Cetizen) dengan kriteria bersedia memberikan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan negara sesuai dengan profesinya masing-masing.
 Nilai agama yang diberikan, harus diintegrasikan dalam seluruh jiwa dan melekat pada setiap individu seperti nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan (liberty, equality, fraternity, unity), demokrasi-demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.
Demikian juga dengan peran agama dalam pembentukan karakter individu itu sendiri merupakan hal yang sangat penting guna menumbuhkembangkan iman kerohanian masing-masing pribadi agar sesuai dengan karakter Tuhan itu bagaimana sebenarnya.
 Yesus sendiri merupakan tokoh pluralisme sejati, Ia sendiri telah meneladani murid-muridnya untuk mengasihi sesama manusia seperti dirnya sendiri. Melalui perumpamaan Orang Samaria yang baik hati, Ia telah menjelaskan sikapnya bahwa sebagai warga masyrakat pengikutnya harus mengasihi sesama dengan totalitas hidupnya, tidak memandang suku, antar golongan, ras dan agama.
 Oleh karena itu pendidikan pluralisme merupakan tututan yang harus ditindaklanjuti oleh setiap orang Kristen dalam rangka misi sebagai pembawa kabar damai sejahtera dan damai sejahtera dalam hidupnya. PengajaranNya sangat peduli terhadap manusia; yang sakit disembuhkan, yang lapar dicukupkan, yang mati dibangkitkan, dan yang lumpuh bisa berjalan serta yang buta melihat. Injil pada dasarnya monolak agama verbalistik, formalisme, tetapi mengutamakan iman dan perbuatan. Ajaran Yesus memerintahkan agar setiap muridNya; mempu mengekspresikan imannya dalam kepedulian terhadap sesama manusia yang paling membutuhkan . Dengan demikian setiap pengikutnya terpanggil untuk mengahdirkan syalom Allah dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu hakekat iman Kristen.


Halo..halo numpang promosi yah teman2 terkasih..aku pemilik blog ini lagi launching produk sepatu terbaru kami diskon 50% all items...
Kelebihan kami adalah saudara2 bisa memesan sesuai model sepatu yang sobat suka (misalnya sobat sangat suka model sepatu artis yang harganya jutaan tapi tdk ada uang untuk membelinya, nah sobat bisa pesan ke aku nanti akan kami buatkan persis seperti pesanan sobat dengan tingkat kemiripan hingga 99% :)
untuk selengkapnya boleh di lihat dihalaman sebelah yah :)
Promo Gila sepatu best quality diskon 50%

DAFTAR PUSTAKA

http://abdain.wordpress.com/2010/01/03/pengertian-agama/
http://www.google.co.id/#sclient=psy-ab&hl=id&site=&source=hp&q=KONTRIBUSI+PENDIDIKAN+AGAMA+KRISTEN+DALAM+MEMBENTUK+WATAK+ANAK+USIA+DINI&pbx=1&oq=KONTRIBUSI+PENDIDIKAN+AGAMA+KRISTEN+DALAM+MEMBENTUK+WATAK+ANAK+USIA+DINI&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=1442l1442l0l1766l1l1l0l0l0l0l0l0ll0l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=c8d20b98c85fb91a&biw=1366&bih=542


Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

 
-->