Morning sobat Shantycr7.,.,wah pagi
yang cerah ya semoga hari yang akan kita lalu sepanjang hari ini juga cerah juga
yah,,hehhe
Well, sobat pagi ini aku mau posting tugas agama ku waktu semester 5 lalu yah sekitar dua tahun lalu lah, setelah tadi lihat-lihat dokumentasi di netbook ku, ketemu deh tulisan yang menurutku bagus untuk sobat Shantycr7 baca even sebenarnya this is special for christians tapi it’s ok koq kalo sobat muslim yang baca, kan itung-itung sebagai pengetahuan, aku sendiri cukup tertarik mempelajari agama yang lain, so pengetahuan itu cakupannya ga sempit,,,jadi ini tentang peran agama kristen sobat dalam pembentukan karakter,,,yah kita tau donk bahwa dunia ini sudah seperti apa sekarang, “makin hancur” dan memang begitu lah yang tertulis di Alkitab, dunia tidak akan semakin baik but sebaliknya, sekarang tergantung kita yang berbijaksana yang bisa bertahan hingga hari penghakiman nanti atau pada saat hari kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya...
Well, sobat pagi ini aku mau posting tugas agama ku waktu semester 5 lalu yah sekitar dua tahun lalu lah, setelah tadi lihat-lihat dokumentasi di netbook ku, ketemu deh tulisan yang menurutku bagus untuk sobat Shantycr7 baca even sebenarnya this is special for christians tapi it’s ok koq kalo sobat muslim yang baca, kan itung-itung sebagai pengetahuan, aku sendiri cukup tertarik mempelajari agama yang lain, so pengetahuan itu cakupannya ga sempit,,,jadi ini tentang peran agama kristen sobat dalam pembentukan karakter,,,yah kita tau donk bahwa dunia ini sudah seperti apa sekarang, “makin hancur” dan memang begitu lah yang tertulis di Alkitab, dunia tidak akan semakin baik but sebaliknya, sekarang tergantung kita yang berbijaksana yang bisa bertahan hingga hari penghakiman nanti atau pada saat hari kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya...
Alright sobat we’ll start from introduction,
let’s read it !
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang Masalah
Kita sering mendengar ungkapan “ susah mencari orang jujur pada
jaman sekarang”. Kita banyak mendengar kabar tentang korupsi, tawuran antara
pelajar, orang yang tidak bertanggungjawab, kenakalan remaja, seks bebas.
Sebenarnya apa yang salah dengan manusia zaman sekarang. Orang-orang yang
berkualitas secara akademis tapi tidak memiliki moral. Pada masa ini kita harus
mengakui bahwa karakter manusia mulai menurun kualitasnya. Bukan hal yang baru,
pada saat ini meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, penggunaan bahasa dan
kata-kata yang memburuk, meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan
narkoba, alkohol dan seks bebas. Semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk,
menurunnya etos kerja, semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru,
rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, membudayanya
ketidakjujuran, dan adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.
Sistem pendidikan yang ada sekarang ini terlalu berorientasi
pada pengembangan otak kiri (kognitif) dan kurang memperhatikan pengembangan
otak kanan (afektif, empati, dan rasa). Padahal, pengembangan karakter lebih
berkaitan dengan optimalisasi fungsi otak kanan. Mata pelajaran yang berkaitan
dengan pendidikan akhlak dan karakter pun (seperti budi pekerti dan agama)
ternyata pada prakteknya lebih menekankan pada aspek otak kiri (hafalan, atau
hanya sekedar “tahu”).
Dalam buku Seni membentuk Karakter Kristen, DR. Stephen
Tong mengatakan sekolah-sekolah sudah tidak lagi mementingkan pendidikan
karakter, yang dipentingkan hanyalah pengetahuan akademik dan gelar. Pendidikan
akademik yang tidak diimbangi oleh pendidikan karakter, bukanlah pendidikan.
Dengan keadaan seperti sekarang ini, seharusnya kita lebih
menyadari bahwa tujuan pendidikan Kristen adalah pendidikan karakter kristiani
berdasarkan Alkitab.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian agama
Secara etimologi, kata agama berasal dari bahasa
Sangsekerta, yang berasal dari akar kata gam
artinya pergi. Kemudian akar kata gam
tersebut mendapat
awalan a dan akhiran a, maka terbentuklah kata agama artinya jalan. Maksudnya, jalan untuk
mencapai kebahagiaan. Di
samping itu, ada pendapat yang menyatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa
Sangsekerta yang akar katanya adalah a dan gama.
A artinya tidak dan gama artinya kacau. Jadi, agama artinya tidak
kacau atau teratur. Maksudnya, agama adalah peraturan yang dapat membebaskan
manusia dari kekacauan yang dihadapi dalam hidupnya, bahkan menjelang matinya.
Kata religi–religion
dan religio, secara
etimologi — menurut Winkler Prins dalam Algemene Encyclopaedie–mungkin sekali berasal
dari bahasa Latin, yaitu dari kata
religere atau religare
yang berarti terikat, maka dimaksudkan bahwa setiap orang
yang ber-religi adalah orang yang senantiasa merasa terikat dengan
sesuatu yang dianggap suci. Kalau dikatakan berasal dari kata religere yang berarti
berhati-hati, maka dimaksudkan bahwa orang yang ber-religi itu adalah orang
yang senantiasa bersikap hati-hati dengan sesuatu yang dianggap suci.
Sedangkan secara terminologi, agama dan religi ialah
suatu tata kepercayaan atas adanya yang Agung di luar manusia, dan suatu tata
penyembahan kepada yang Agung tersebut, serta suatu tata
kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan yang Agung, hubungan manusia
dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam yang lain, sesuai dengan tata
kepercayaan dan tata penyembahan tersebut.
Berdasarkan pengertian tersebut, maka pada agama dan
religi terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan atau kepercayaan
terhadap adanya Yang Agung, 2) tata hubungan atau tata penyembahan terhadap
yang Agung itu dalam bentuk ritus, kultus dan pemujaan, 3) tata kaidah/doktrin,
sehingga muncul balasan berupa kebahagiaan bagi yang berbuat baik/jujur, dan
kesengsaraan bagi yang berbuat buruk/jahat, 4) tata sikap terhadap dunia, yang
menghadapi dunia ini kadang-kadang sangat terpengaruh (involved) sebagaimana
golongan materialisme atau menyingkir/menjauhi/uzlah (isolated) dari dunia,
sebagaimana golongan spiritualisme.
Selanjutnya, kata din–secara
etimologi–berasal dari bahasa Arab, artinya: patuh dan taat, undang-undang,
peraturan dan hari kemudian. Maksudnya, orang yang berdin ialah orang yang
patuh dan taat terhadap peraturan dan undang-undang Allah untuk mendapatkan
kebahagiaan di hari kemudian. Oleh
karena itu, dalam din terdapat empat unsur penting, yaitu: 1) tata pengakuan
terhadap adanya Yang Agung dalam bentuk iman kepada Allah, 2) tata hubungan
terhadap Yang Agung tersebut dalam bentuk ibadah kepada Allah, 3) tata
kaidah/doktrin yang mengatur tata pengakuan dan tata penyembahan tersebut yang
terdapat dalam al-Qur`an dan Sunnah Nabi, 4) tata sikap terhadap dunia dalam
bentuk taqwa, yakni mempergunakan dunia sebagai jenjang untuk mencapai
kebahagiaan akhirat. Sedangkan
menurut terminologi, din adalah peraturan Tuhan yang membimbing manusia yang
berakal dengan kehendaknya sendiri untuk kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia
dan di akhirat.
Berdasarkan pengertian din tersebut, maka din itu
memiliki empat ciri, yaitu: 1) din adalah peraturan Tuhan, 2) din hanya
diperuntukkan bagi manusia yang berakal, sesuai hadis Nabi yang berbunyi: al-din huwa al-aqlu la dina liman la
aqla lahu, artinya: agama ialah akal tidak ada agama bagi orang
yang tidak berakal, 3) din harus dipeluk atas dasar kehendak sendiri, firman
Allah: la ikraha fi al-din, artinya:
tidak ada paksaaan untuk memeluk din (agama), 4) din bertujuan rangkap, yakni
kebahagiaan dan kesejahteraan dunia akhirat.
2.2 Pengertian Karakter
-
Karakter
merupakan totalitas ciri pribadi membentuk penampilan seseorang atau obyek
tertentu. Ciri-ciri personal mempunyai karakter terdiri dari kualitas moral dan
etis; kualitas kejujuran, kebranian, integritas, reputasi yang baik, semua
nilai tersebut di atas merupakan sebuah kualitas yang melekat pada kekhasan
individu.
-
Adalah sesuatu
yang telah dipahat dalam hati sehingga merupakan tanda yg khas, karakter
mengacu pada moralitas kehidupan sehari-hari. Karakter bukan merupakan kegiatan
sesaat, melainkan kegiatan konsisten muncul baik secara batiniah dan rohaniah.
-
Karakter mengacu
pada kebiasaan berpikir, berperasaan, bersikap, berbuat, membentuk tekstur dan
motivasi kehidupan seseorang. Karakter erat dengan pola tingkah laku,
kecenderungan pribadi utk berbuat baik.
-
Karakter sebagai
suatu yang melekat pada personal yaitu totalitas ide, aspirasi, sikap, yang
terdapat dlm individu dan telah mengkristal pada pikiran dan tindakan. Hanya
individu itu sendiri yang tahu dirinya.
2. 3 Pendidikan Agama Kristen
Tujuan
Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi secara spesifik adalah: “Membantu
terbinanya sarjana beragama, dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi
pekerti luhur, berfikir filosofis, bersikap rasional dan dinamis, berpandangan
luas, ikut seta dalam kerjasama antar umat beragama dalam pengembangan dan
pemanfaatan IPTEKS untuk kepentingan nasional (Yusri Pangabean, 2000: 1)”
Sedang tujuan Pendidikan Agama Kristen secara umum adalah agar mahasiswa
sebagai generasi penerus mampu menghayati dan mengerti sebagai Umat Allah
mempunyai tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia, negara dan bangsa
Indonesia.
Tujuan
pendidikan Kristen secara khusus adalah usaha untuk membentuk dan membimbing
peserta didik agar tumbuh berkembang mencapai kepribadian utuh yang
mencerminkan sebagai gambar Allah yang memiliki sifat kasih dan ketaatan kepada
Tuhan, memiliki kecerdasan, ketrampilan, berbudi pekerti yang luhur, kesadaran
dan memelihara lingkungan hidup, serta ikut bertanggung jawab dalam pembangunan
masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Menurut Yusri Panggabean tujuan Pendidikan
Agama Kristen (PAK) adalah:
“Mahasiswa diharapkan
mengenal atau menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus dalam bimbingan Roh
Kudus sehingga dapat bertumbuh dalam membentuk diri pribadi seutuhnya sebagai
manuisa ciptaaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada Allah, sesama
manusia dan lingkungan serta bersedia mengabdikan seluruh hidup dan pekerjaan
demi kepentinggan sesamanya dalam segala aspek lapangan hidup dimana dia berada
untuk hormat dan kemulyaan bagiNya (Yusri Pangabean, 2000: 1)
Jadi pada prinsipnya konsep belajar kristen
ditekankan pada keaktifan setiap pribadi untuk membentuk diri atau menjadi
pelaku firman Allah dan mengabdikan seluruhnya untuk bangsa dan negara termasuk
cinta tanah air sebagai perwujudan kasihnya kepada Tuhan. Oleh karena konsep
belajar dengan semangat pembaruan akan membawa kepada kemajuan yang sangat
berarti bagi hakekat kemanusiaan. Sedang interaksi dalam aktivitas pembelajaran
merupakan upaya pencarian diri sendiri agar lebih dewasa dan manusiawi.
2.
4 Peran Agama Kristen dalam Pembentukan Karakter
Membicarakan
agama dalam kohesi sosial atau
kajian fungsional atas agama
yaitu hubungan antara agama dengan sub sistem yang lain, ada tujuh hal yang
disebut oleh O’Dea mengenai fungsi agama yaitu; “Pertama: agama merujuk suatu apa yang ada di luar, ia dapat
menjadi semangat atau suport, memberi hiburan (pengharapan) dan rekonsiliasi.
Manusia memerlukan suport dalam menghadapi masa depan yang tidak pasti,
memberikan pengharapan untuk berjalan dengan iman, atau hiburan ketika
menghadapi kekecewaan, dan rekonsiliasi dengan masyarakat bila mengalami
keterpencilan dari tujuan dan norma sosial. Kedua; agama memberikan hubungan transendental melalui
upacara-upacara persembayangan sehingga memberikan rasa aman dan identitas yang
kokoh dalam menghadapi perubahan. Ketiga;
agama mensakralkan norma dan nilai dalam masyarakat, menjaga kelestarian
dominasi tujuan dan disiplin kelompok
atas keinginan dan dorongan-dorongan individual (sebagai sosial kontrol). Keempat: agama sebagai kritik
sosial, dimana norma-norma yang sudah melembaga ditinjau ulang, sesuai dengan
fungsi kenabiannya (prophetic agama).
Kelima; agama memberikan
identitas dan menyadarkan tentang “siapa” mereka dan “apa” mereka. Keenam:
agama berfungsi dalam hubungannya dengan kematangan seseorang individu dalam
masyarakat. Ketujuh;
agama berfungsi dalam membentuk social
solidarity (solidaritas sosial) dan terakhir agama dapat berperan
dalam pemerataan pendapatan (Kuntowijoyo, 1977: 7).
Jadi
kajian fungsi agama sangat berperan dalam memembentuk watak bangsa, nilai-nilai
agama bisa memberi semangat bagi individu dan kelompok masyarakat dalam
menghadapi krisis multidimensional yang tak kunjung selesai, menghadapi
disintegrasi bangsa seperti kasus Gerakan Aceh Merdeka (GAM), Organisasi Papua
Merdeka (OPM), korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) yang menggurita. Nilai-nilai
agama memberi penghiburan dan harapan untuk menghadapi ketidak pastian dan
meyakini ada saatnya krisis akan berakhir dan bangsa bisa bersatu mewujudkan
tujuan nasionalnya.
2.4.1
Peran
Agama dalam kajian Fungsional
-
Memberi semangat (suport) memberi hiburan dan
rekosiliasi. Manusia perlu supor menghadapi masa depan tidak pasti, harapan
dalam iman, hiburan ketika kecewa.
-
Hubungan
transendental melalui upacara persembayangan, merasa aman, identitas yang kokoh
dalam menghadapi perubahan.
-
Agama
mensakralkan norma (Sebagai sosial kontrol)
-
Sebagi kritik
sosial (noma yang ada ditinjau ulang, sesuai fungsi kenabiannya).
-
Memberi
identitas; menyadarkan tentang siapa, mereka dan apa mereka.
-
Sebagai
solidaritas sosial.
-
Pemerataan
pendapatan
-
Fungsi agama
dapat membentuk watak bangsa, memberi semangat individu dan kelompok dalam
hadapi krisis, disintegrasi bangsa. Memberi hiburan dan ketidak pastian masa
depan, saatnya krisis akan berakhir.
2.4.2
Pendidikan Agama Kristen di Perguruan Tinggi
-
Membentuk sarjan
beragama, bertaqwa, berbudi pekerti luhur, berfikir filosofis, rasional,
dinamis, pandangannya luas, kerjasama antar umat dalam pengembangan IPTEKS
untuk kepentingan nasional.
-
Tujuan umum
mempunyai tugas hakiki menghayati dan mengerti sebagai umat Allah mempunyai
tugas hakiki untuk menjadi berkat bagi dunia.
-
PAK Yusril;
Mengenal kasih Allah dan menghayati kasih Allah dalam Yesus Kristus pribadi
seutuhnya sebagai manusia ciptaan baru yang dewasa dan bertanggung jawab kepada
Allah dan manusia, bersedia mengabdikan seluruh hidupnya untuk kemulyaannya.
-
Kesimpulan:
membentuk pribadi Kristus menjadi pelaku firman untuk mengabdi bagi sesama.
-
Semangat belajar
memperbaharui diri untuk membawa ke arah kemajuan bagi hakekat kemanusiaan.
Interaksi dalam pembelajaran upaya mencari diri agar lebih dewasa dan
manusiawi.
2..5 Pentingnya
Pendidikan Nilai Kristen
-
Moderat dan
merenungkan firman Tuhan siang dan malam Maz 1.
-
Menstranfer
nilai berulang-ulang. Mengimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari Etika
Kristen
-
Proses tranfer
nilai bagaimana seseorang sampai pada suatu pemilihan nilai
-
Prinsip peserta
didik harus diberi kesempatan untuk menjadi pelaku firman, aktif secara fisik
dan mental. Firman itu harus menjadi
daging.
-
Bentuk
pendidikan nilai budi pekerti untuk menjadi warganegara yang baik harus
diintegrasikan setiap pelajaran penanaman nilai liberty, eqalitity,
frienternity, unity, demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.
-
Yesus meneladani
lintas SARA (orang samaria yang baik hati), kita harus mengasihi sesama secara
totalitas, oleh karena itu pendidikan pluralisme penting untuk memgawa kabar
damai.
-
Ia peduli; sakit
disembuhkan, lapar dicukupkan, mati dibangkitkan, lumpuh berjalan, buta
melihat, Menolak agama Verbalistik, formalisme, iman dan perbuatan. Expresi
iman dlm perbuatan thd sesama membutuhkan. Syalom Allah ad. Hakekat Kristen.
2.6 Sumbangan
Pendidikan Agama Kristen dalam Pengembangan Nilai Eqalitarian
Dalam
mensosialisasikan Pendidikan agama di masyarakat perlu dikembangkan nilai-nilai
kebersamaan. Hal yang sangat penting dalam mengembangkan hidup bersama sebagai
warga bangsa adalah menanamkan nilai-nilai toleransi antar umat beragama, bahwa
bangsa Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk dan heterogin.
Sikap
saling menghormati dan mengharagai perbedaan yang ada harus senantiasa
dikembangkan. Oleh karena itu sikap eksklusif dan pemahaman terhadap agama, dan
agama sering dijadikan alat legitimasi untuk melakukan kekerasan terhadap
pemeluk agama lain harus dihindari. Tindakan antagonis ini sangat counter
producitive dengan hakekat kemanusiaan universal.
Pemahaman
agama yang berada dalam tataran institusi, hanya menghasilkan hal yang
formalitas, dan belum mengenai makna yang esensial. Sedang pemahaman makna yang
esensial, nilai-nilai agama akan dapat dijadikan motivasi kebersamaan,
kesetaraan dalam berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu sangat penting
artinya pendidikan agama bagi generasi muda, nilai agama tidak hanya sebagai
ritualitas tetapi diharapkan dapat mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan.
Penghayatan dan pengamalan nilai-nilai agama secara baik akan memperkuat
nilai-nilai kemanusiaan, dan dapat dijadikan landasan spiritual, moral, etika
bagi pembangunan nasional, sehingga dapat memperkokoh kesatuan dan persatuan
bangsa.
Peringatan
bagi para pakar ilmu agama sebagaimana dengan paradigma modern peradaban saat
ini telah mendorong rasionalisasi memasuki primordialistik, trasdisi keagamaan
dan dalam kehidupan bersama.
Sasaran
yang semula menjadi akar peradaban mulai bergeser ke arah bangun dasar negara
yang menjaga stabilitas bangsa. Kehidupan bersama saat ini bagi generasi muda
mempunyai makna berbeda, karena situasi dan tantangan zaman berbeda.
Perlu
dimengerti bahwa kepribadian generasi muda terbentuk oleh jiwa jaman dan untuk
membentuk kepribadian global. Anak-anak jaman dimasa yang akan datang adalah
generasi yang memiliki kesadaran kemanusiaan, dan nilai-nilai moral yang
terkandung secara intrensik di dalamnya. Oleh karena itu bagi generasi tua
perlu mewariskan butir-butir kemanusiaan secara universal dan eqalitarian,
bukan hanya format struktur kebangsaan melainkan moralitas dan roh yang dapat
membangun hidup bersama.
Pentingnya
bagi generasi penerus, pewaris cita-cita bangsa agar menumbuhkembangkan
komitment kebangsaan dan kemanusiaan dalam sebuah masyarakat modern suatu orde
generasi dengan kemampuan kreatif dan tidak terbatas pada logika formal yang
dangkal.
2.7 Kontribusi Nilai Kekristenan
dalam Membentuk Masyarakat Sipil
Menurut
Pendeta Hartoyo nilai-nilai subtansial sebagai akar budaya masyarakat sipil di
Amerika dan Eropa Barat adalah nilai kasih yang diimplementasikan dalam
segala aspek kehidupan manusia. Sebagai contoh orang Barat sangat patuh sekali
dalam tatatertib berlalu lintas, karena pada prinsipnya jika melanggar berarti
akan menyusahkan orang lain, di negeri barat juga dijunjung tinggi nilai-nilai
kehidupan orang lain atau sangat menghargai perbedaan dan pendapat orang lain
sebagai wujud dari masyarakat sipil.
Sedangkan
menurut Pdt. Sangadi Mulya peran orang Kristen dalam mewujudkan masyarakat
sipil adalah sebagai garam dan terang yang menggarami dalam segenap hidup
manusia. Prinsip Kekristenan adalah ibadah yang holistik tidak hanya ibadah
ritual tetapi diterapkan dalam segenap aspek kehidupan manusia sehingga
menghasilkan buah yang nyata menjadi berkat bagi orang lain . Contoh kongkrit
“Pelayanan Kristiani” telah dilakukan oleh Almarhum Ibu Theresia dari India,
Almarhum Dr. Yohanes Lemena, Yos Sudarso, Romo YB Mangun Wijoyo yang memiliki
kepekaan sosial terhadap lingkungannya dengan memberikan hidupnya untuk
masayarakat marginal (Indra Trenggono, Kedaulatan Rakyat, 29 Oktober 2005; hal
12). Menurut Prof. Dr. Usman Abubakar masyarakat sipil akan terwujud jika
bangsa Indonesia mengedepankan pendidikan formal bagi seluruh warga bangsa,
jika terjadi kesenjangan pendidikan dan kesenjangan sosial-ekonomi maka bangsa
ini mudah terprovokasi untuk melakukan kekerasan terhadap sesama warga bangsa.
Dalam
sosialisasi pendidikan nilai secara universal dan holistik, perlu dipahami
pendidikan formal. Oleh karena kesuksesan pendidikan formal dalam mewujudkan
masyarakat sipil yang modern diukur dengan penguasaan nilai-nilai IPTEKS dan soft
skils yaitu kemampuan untuk bekerja dengan kelompok, bekerja dalam tekanan,
kemampuan memimpin, kemampuan berkoordinasi, berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dan asing, tabah dan gigih, percaya diri, memiliki kemampuan
memanfaatkan teknologi informasi untuk mendapatkan dan memanfaatkan informasi
dan memiliki nasionalisme tinggi tidak banyak tuntutan . Nilai-nilai
kebersamaan perlu dijunjung tinggi seperti kosep “manunggaling kawulo
gusti” yang menekankan kebersamaan dan keteladanan pemimpin terhadap
rakyatnya seperti Almarhum Sultan HB IX mengorbankan tahta untuk rakyatnya.
Dalam
mewujudkan peradaban yang baik perlu strategi perjuangan kultural dan
struktural secara bersama, struktural dalam arti politik, perbaikan struktural
ini sarana yang paling efektif adalah melalui parpol . Semantara kultural itu
merupakan perjuangan panjang. Perjuangan membangun mentalitas melalui
nilai-nilai kedadilan dan demokrasi yang berorientasi pada Firmn Allah. Sedang
Nilai-nilai di atas dapat diujudkan karena Injil adalah kekuatan Allah yang
hidup dan memberikan kemampuan, kesanggupan dan kekuatan bagi penganutnya.
2.8 Sosialisasi Pendidikan
Karakter
-
Dibentuk sejak
usia dini
-
Peran Ortu dan
lingkungan dominan
-
Mengembangkan
suara hati anak peke terhadap lingkungan
-
Komitment orang
tua membentuk karakter dgn nilai kekristenan
-
Pemimpin harus
punya komitment untuk meniru Kristus
-
Karakter harus
dikonsep secara ideal untuk generasi muda
-
Memberi Norma
yang dibakukan
-
Memodelkan orang
tua sebagai Panutan
-
Diajarkan secara
berulang-ulang
-
Keaktifan anak
untuk memilih Nilai
-
Menjadi habit
-
Interaksi
keladanan dan membentuk kondisi lingkungan yang kondusif
-
Orang tua harus
memberi hidupnya bagi anaknya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Peran Agama Kristen diharapkan menghasilkan
dapat menghasilkan individu-individu yang menjadi garam dan terang
ditengah-tengah masyarakat yang ditekankan dalam bentuk pendidikan nilai (budi
pekerti atau value education),
memeliki kesadaran berani mengambil sikap positif demi masa depan bangsa yang
bertujuan untuk mewujudkan warga negara
yang baik (Good Cetizen)
dengan kriteria bersedia memberikan hidupnya untuk kepentingan bangsa dan
negara sesuai dengan profesinya masing-masing.
Nilai
agama yang diberikan, harus diintegrasikan dalam seluruh jiwa dan melekat pada
setiap individu seperti nilai kebebasan, persamaan, persaudaraan, kesatuan (liberty, equality, fraternity, unity),
demokrasi-demokratisasi, kebangsaan, kebhinekaan, pluralisme.
Demikian juga dengan peran agama dalam
pembentukan karakter individu itu sendiri merupakan hal yang sangat penting
guna menumbuhkembangkan iman kerohanian masing-masing pribadi agar sesuai
dengan karakter Tuhan itu bagaimana sebenarnya.
Yesus
sendiri merupakan tokoh pluralisme sejati, Ia sendiri telah meneladani
murid-muridnya untuk mengasihi sesama manusia seperti dirnya sendiri. Melalui
perumpamaan Orang Samaria yang baik hati, Ia telah menjelaskan sikapnya bahwa
sebagai warga masyrakat pengikutnya harus mengasihi sesama dengan totalitas
hidupnya, tidak memandang suku, antar golongan, ras dan agama.
Oleh
karena itu pendidikan pluralisme merupakan tututan yang harus ditindaklanjuti
oleh setiap orang Kristen dalam rangka misi sebagai pembawa kabar damai
sejahtera dan damai sejahtera dalam hidupnya. PengajaranNya sangat peduli
terhadap manusia; yang sakit disembuhkan, yang lapar dicukupkan, yang mati
dibangkitkan, dan yang lumpuh bisa berjalan serta yang buta melihat. Injil pada
dasarnya monolak agama verbalistik, formalisme, tetapi mengutamakan iman dan
perbuatan. Ajaran Yesus memerintahkan agar setiap muridNya; mempu
mengekspresikan imannya dalam kepedulian terhadap sesama manusia yang paling
membutuhkan . Dengan demikian setiap pengikutnya terpanggil untuk mengahdirkan
syalom Allah dalam kehidupan masyarakat merupakan salah satu hakekat iman
Kristen.
Halo..halo numpang promosi
yah teman2 terkasih..aku pemilik blog ini lagi launching produk sepatu
terbaru kami diskon 50% all items...
Kelebihan kami adalah saudara2 bisa memesan sesuai model sepatu yang sobat suka (misalnya sobat sangat suka model sepatu artis yang harganya jutaan tapi tdk ada uang untuk membelinya, nah sobat bisa pesan ke aku nanti akan kami buatkan persis seperti pesanan sobat dengan tingkat kemiripan hingga 99% :)
untuk selengkapnya boleh di lihat
dihalaman sebelah yah :)
Promo Gila sepatu best quality diskon 50%
Promo Gila sepatu best quality diskon 50%
DAFTAR PUSTAKA
http://abdain.wordpress.com/2010/01/03/pengertian-agama/
http://wikipedia.com/pengertian karakter/
http://www.google.co.id/#sclient=psy-ab&hl=id&site=&source=hp&q=KONTRIBUSI+PENDIDIKAN+AGAMA+KRISTEN+DALAM+MEMBENTUK+WATAK+ANAK+USIA+DINI&pbx=1&oq=KONTRIBUSI+PENDIDIKAN+AGAMA+KRISTEN+DALAM+MEMBENTUK+WATAK+ANAK+USIA+DINI&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=1442l1442l0l1766l1l1l0l0l0l0l0l0ll0l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.,cf.osb&fp=c8d20b98c85fb91a&biw=1366&bih=542