Oopss judul yang agak
kontroversial jika dibaca sekilas. Well, pertama-tama harus kuperjelas dulu
bahwa aku pribadi adalah seorang theis yang tentunya punya agama, dan agamaku
adalah kristen.
berawal dari kejadian beberapa minggu yang lalu waktu aku pulkam (pulang kampung) ke Ke Kerasaan, aku bertemu dan berbincang dengan teman kecilku dulu yang uda lama ga kutemui. Aku terkejut dan sangat heran ketika mengetahui bahwa dia telah menjadi seorang atheis. Tentu aku meminta penjelasan melalui berbagai jenis pertanyaan yang akhirnya mengungkapkan alasan dia memutuskan untuk menjadi seorang yang tidak lagi percaya Tuhan itu ada.
berawal dari kejadian beberapa minggu yang lalu waktu aku pulkam (pulang kampung) ke Ke Kerasaan, aku bertemu dan berbincang dengan teman kecilku dulu yang uda lama ga kutemui. Aku terkejut dan sangat heran ketika mengetahui bahwa dia telah menjadi seorang atheis. Tentu aku meminta penjelasan melalui berbagai jenis pertanyaan yang akhirnya mengungkapkan alasan dia memutuskan untuk menjadi seorang yang tidak lagi percaya Tuhan itu ada.
Jujur saja aku pernah membuat status “atheis” dikolom agama yang ada di facebook
sekitar 3 tahun yang lalu, tapi tentu saja itu ga sepenuhnya dari hatiku, aku
hanya ngambek aja sama Tuhan waktu
itu karena pikiranku lagi labil dikarenakan berbagai hal (saat itu aku masih kurang
bisa mengontrol pikiran). Aku bukan tipe orang yang masuk kategori terlalu
religius, aku ga tau banyak tentang isi alkitab (walaupun tiap pagi aku selalu
renungan) apalagi bisa menafsirkannya semuanya karena memang menurutku ga semua
orang bisa memaknai kata demi kata yang tertulis dalam kitab suci namun aku
sangat percaya pada keberadaanTuhan. Disatu sisi aku sangat tertarik mengenai
keimanan ini. Disaat seseorang tidak mempunyai iman itulah yang disebut dengan
atheis atau “tidak percaya Tuhan ada”.
Sudah sejak lama aku
tertarik dengan cara berpikir para atheis ini, kebanyakan dari mereka adalah
orang-orang dengan pemikiran tingkat tinggi, artinya kemampuan logika mereka 2
jempol deh. Aku punya beberapa orang teman yang mengaku atheis dan sangat
mengasyikkan bisa bertukar pikiran dengan mereka ya walaupun kadang-kadang aku
makan hati ketika perdebatan logika dimenangkan oleh mereka (soalnya iman vs
logika menurutku akan dimenangkan oleh logika).
Kebanyakan orang menganggap
atheis itu infidel, ga bermoral, ga
punya tujuan hidup, orang-orang frustasi, menuhankan logika dan pikiran, komunis,
sobanni api narokko (kalau kata orang
dikampungku hehe) atau orang-orang calon penghuni neraka. Ini karena
orang-orang awam punya stigma yang jelek tentang atheisme. Bahkan para theis
langsung menjudge dengan makian dan
hinaan para atheis yang mengemukakan pandangannya tentang alasan mereka menjadi
atheis. Itu kan hak mereka untuk tidak percaya Tuhan, aku pribadi menilai ga semua atheis seperti itu, ga baik
menggeneralisasi gitu, bahkan kebanyakan dari mereka adalah orang-orang
intelektual yang punya moralitas tinggi loh, punya jiwa kemanusiaan dan rasa
simpati yang tinggi pula. Mereka suka menolong tanpa embel-embel masuk surga
atau karena ajaran agama but pure because
of their humanity sense. Theis sering beranggapan bahwa “bagaimana bisa
seorang yang ga punya kepercayaan bermoral sedangkan orang yang punya
kepercayaan saja banyak yang ga bermoral”. Jelas ini klaim yang salah, jadi
kalau lah seandaianya membunuh atau mencuri itu ga dilarang agama, apakah theis
akan membunuh dan mencuri?. Dalam otak setiap manusia itu ada sirkuit altruisme
dan neuron cermin yang membantu manusia mempunyai moralitas. Sirkuit altruisme
membuat manusia rela mengorbankan dirinya untuk membantu orang lain dan neuron
cermin membuat manusia merasakan kesedihan yang diderita oleh orang lain sehingga
melahirkan rasa empati. Artinya bahwa manusia, baik yang beragama, yang percaya
Tuhan atau tidak, dapat mempunyai moralitas. Faktanya negara-negara yang
penduduknya mayoritas atheis tingkat moralitas dan kesejahteraan hidupnya jauh
lebih tinggi dari pada negara-negara yang mayoritas penduduknya theis.
Aku cukup sering melihat
perdebatan antara theis dengan atheis di dunia maya maupun di dunia nyata mengenai
eksistensi Tuhan, jelas atheis tidak percaya Tuhan ada sementara theis ngotot mengatakan bahwa Tuhan itu
benar-benar ada atau terbukti ada dengan segala argumennya. Dalam hal ini aku
sebagai theis yang mengimani keberadaan Tuhan jelas tidak setuju dengan theis.
Loh kenapa kok ga setuju bahwa Tuhan itu terbukti ada? tapi katanya theis yang
percaya Tuhan? Ya justru karena aku percaya Tuhan dengan keyakinan/imanku lah maka
aku mengatakan bahwa tidak ada bukti konkrit Tuhan itu ada. Have u got my point? Well, mungkin ini yang agak sulit
dimengerti kebanyakan theis makanya debat ga ada titik temunya apalagi theis yang
diajak debat termasuk kategori jogal hehhe. Jadi intinya iman atau kepercayaan
atau keyakinan itu timbul dari pikiran kita yang TIDAK PERLU PEMBUKTIAN
KONKRIT, that’s we called faith,
justru karena tidak ada bukti nyata keberadaan Tuhan maka disebut
iman/kepercayaan, kalau ada bukti nyata Tuhan itu ada maka BUKAN iman namanya
tapi TAHU. Tolong ya itu dibedakan. Biar debat dengan atheis itu ga berkepanjangan
mengenai eksistensi Tuhan, cukup katakan bahwa “aku percaya Tuhan tanpa perlu
bukti nyata keberadaannya, namun karena iman yang kumiliki, dengan keimananku lah
maka aku percaya dengan sepenuh hatiku bahwa Tuhan ada”. That’s it. Ga perlu kekeh dengan argumen yang seolah-olah bisa membuktikan bahwa Tuhan itu
memang ada dan nyata. Kalau ada theis yang mengaku bahwa Tuhan bisa dibuktikan
keberadaannya secara nyata maka dengan kata lain theis itu tidak mempunyai iman
karena seyogianya iman timbul bukan karena ada bukti namun kepercayaan yang
tidak harus ada bukti. Hope U’ll
understand it
Semakin banyak atheis yang
tetap pada pendiriannya yaitu tetap tidak mengimani keberadaan Tuhan bahkan
data menunjukkan bahwa tingkat perkembangan atheis di berbagai negara semakin
meningkat, mengingat banyaknya para theis yang hidupnya acak-acakan, kejahatan
ada dimana-mana. Ya, atheis beranggapan bahwa kebanyakan orang yang beragama
itu adalah munafik, disatu sisi percaya Tuhan, percaya akan ajaran-ajaran kitab
suci akan nilai-nilai kebaikan tapi disisi lain para theis ini ga
menjalankannya malah sebaliknya, lari dari koridor orang-orang dengan kategori beriman.
Atheis melihat bahwa theis ga lebih baik dari mereka, malah atheis menganggap
bahwa hidup beragama itu membuat hidup makin hancur, lihat saja ada perang antar-agama
(padahal jelas bahwa agama itu mengajarkan kedamaian), ada korupsi
dilembaga/departemen keagamaan, ada pembantaian, kasus pembunuhan dan
pemerkosaan dimana-mana, aksi saling ejek antar-agama dimana-mana dll, itu
semua membuat atheis menganggap bahwa theis terlalu munafik untuk menyatakan
diri beriman. Jikalau seandainya atheis ini ingin mengenal Tuhan lebih dalam
lewat agama, pastinya mereka akan berpikir dua kali mengingat banyaknya
kontradiksi yang terjadi dalam agama itu. Maka kita sebagai theis yang
mengimani, yang percaya akan keberadaan Tuhan agama apapun kita, marilah kita
selayaknya bertindak sebagaimana yang diajarkan oleh Tuhan, mari hidup dalam
kedamaian, jangan ada gap diantara kita supaya para atheis melihat bahwa memang
benarlah kita ini orang-orang yang mengimani keberadaan Tuhan tanpa perlu
membuktikan bahwa Tuhan itu nyata adanya, jangan memberikan klaim-klaim mengenai
keimanan yang bertentangan dengan logika karena iman itu sendiri bertentangan
dengan logika. Kita tunjukkan pada atheis bahwa kita tentu lebih baik dari
mereka karena kita punya Iman :)